Lihat ke Halaman Asli

Kompasianer METTASIK

TERVERIFIKASI

Menulis itu Asyik, Berbagi Kebahagiaan dengan Cara Unik

Demi Konten, Lebih Baik BM daripada BH

Diperbarui: 26 Juni 2022   12:52

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Demi konten, Lebih baik BM daripada BH (Gambar: indiatoday.in, diolah pribadi)

Headline Kompas, Rabu, 8 Juni 2022: "Hilang Nyawa demi Konten," memberitakan aksi berani mati dari sejumlah anak remaja yang nekat menghadang truk di jalan.

Aksi tersebut dilakukan secara berkelompok. Kadang terjadi pada saat pulang sekolah, kadang pula saat pergi menonton pertandingan sepak bola. Tujuannya sederhana, hanya untuk menumpang.

Tapi, bukan rahasia lagi. Siapapun tahu, di zaman medsos seperti ini, konten viral adalah segalanya. Mengunggah aksi nekat dengan harapan ada fulus menyerta.

Dalam Tantangan berani mati itu, satu orang atau lebih dari sekelompok anak-anak muda akan menghadang truk. Mereka rata-rata pelajar setingkat SMP atau SMA.

Mereka akan dianggap berhasil jika truk berhenti tanpa ada yang terluka. Jika sudah demikian, mereka berharap menjadi terkenal dan konten pun viral.

Aksi mereka memang pada akhirnya konten banyak dilihat. Sayangnya, mereka tidak lagi bisa menikmatinya. Sudah terlanjur merenggang nyawa sebelum konten sempat diunggah.

Aksi Berani Mati ini saya akronimkan dengan BM. Sebabnya di zaman saya bersekolah dulu, BM berarti bayar masing-masing. Sesuatu yang tren sebagai aksi kebersamaan dalam kekompakan. Tujuannya mulia, tidak ada di antara teman-teman yang merasa dirugikan.

Tapi akronim BM ini telah bertransformasi. Sayangnya bukan ke arah yang baik. Kekompakan terjadi diukur dari seberapa nekatnya seseorang dalam mempermainkan nyawa.

Sementara di zaman saya dulu, aksi yang paling nekat hanyalah sebatas bonceng motor bertiga. Lagi-lagi saya akronimkan dengan BM (Bonceng Motor). Resiko terbesar paling ditangkap polisi dan dijewer ayah. Nyawa tidak melayang.

Saya kemudian berimajinasi lagi. Bagaimana kalau BH? Eits, tunggu dulu. Saya bukan tua-tua keladi. BH di sini artinya Berani Hidup. Bisa juga Banyak Harapan. Semuanya adalah hal positif yang bisa dikembangkan dalam kehidupan sehari-hari. Baik dalam internal keluarga, maupun eksternal di masyarakat.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline