Lihat ke Halaman Asli

Kompasianer METTASIK

TERVERIFIKASI

Menulis itu Asyik, Berbagi Kebahagiaan dengan Cara Unik

Taklukkan Derita dengan Dana, Sila, Samadhi, dan Panna

Diperbarui: 13 Juni 2022   06:57

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Taklukkan Derita dengan Dana, Sila, Samadhi, dan Panna. (gambar: istockphoto.com, diolah pribadi)

Saat ini pandemi covid mulai berangsur mereda. Secara perlahan kegiatan mulai berjalan normal termasuk kegiatan tempat ibadah seperti Vihara. Perlahan-lahan pandemi covid mulai dilupakan sebagian orang. Kita kembali tenggelam dalam aktivitas sehari-hari.

Bagi sebagian dari kita pandemi memorak-porandakan kehidupan. Tiba-tiba saja pekerjaan atau usaha menjadi hilang. Ada yang kehilangan teman. Ada pula yang kehilangan orang dekat yang sangat dicintai. Itulah realita kehidupan yang tidak pasti. Semua terjadi tanpa diduga dan berlangsung dengan cepat.

Merebaknya pandemi Covid-19 dimulai diumumkannya pasien pertama terinfeksi virus corona tanggal 2 Maret 2020. Semakin lama semakin banyak yang terinfeksi setiap harinya. Lonjakan kasus terjadi hampir merata di semua daerah.

Saat puncak pandemi, yang terinfeksi bisa mencapai 50.000 kasus per harinya. Situasi menjadi kritis dan serba darurat. Semua orang berupaya mempertahankan hidup dari ancaman corona. Sungguh berat perjuangan hidup. Tidak hanya Indonesia, banyak negara juga mengalami kisah getir.

Periode ini merupakan periode paling sulit. Pada saat kepanikan melanda, masker dan hand sanitizer sulit ditemukan. Kalaupun ada, harganya melangit. Tabung oksigen juga menjadi langka dan mahal. Vitamin dan obat-obatan hilang dari pasaran. Rumah sakit tidak mampu menampung pasien yang datang. Setiap beberapa menit terdengar sirene ambulans meraung-raung sepanjang jalan dilalui. Sementara sebagian orang memancing di air keruh dengan menjual barang palsu seperti vitamin palsu atau masker bekas pakai.

Dalam periode sulit ini saya telah kehilangan banyak sahabat serta kehilangan sepupu tercinta. Hati saya selalu was-was setiap kali membaca whatsapp

Saya cemas dan khawatir jangan-jangan ada lagi teman atau saudara terkena infeksi covid. Sungguh menyedihkan, saya tidak dapat berjumpa terakhir kali dengan sepupu saya. Mulai dari sakit sampai dengan kremasi mendiang hanya didampingi seorang keluarga terdekatnya.

Pada saat itu tempat kremasi untuk mereka yang terinfeksi covid hanya ada dua tempat. Antrian panjang terjadi. Kegiatan di tempat kremasi berlangsung 24 jam tanpa henti.

Mempunyai simpanan kamma baik adalah sangat krusial dalam menghadapi kondisi seperti ini. Saya ingin berbagi kisah nyata. Ada seorang sahabat baik saya yang terinfeksi covid. Beliau adalah petugas perpustakaan sebuah Vihara yang menderita gagal ginjal. Sudah dua tahun lebih cuci darah. Terakhir seminggu dua kali cuci darah. Kondisi kesehatan sering tidak stabil. Nafas sering tersengal-sengal.

Dapat kita bayangkan bagaimana kondisi yang dihadapi beliau saat terkena covid. Keluarga dan teman sudah pasrah. Mendoakan hanya yang terbaik yang terjadi. Setelah dirawat lebih dari dua bulan di rumah sakit beliau bisa menang melawan covid dan sembuh.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline