Lihat ke Halaman Asli

Kompasianer METTASIK

TERVERIFIKASI

Menulis itu Asyik, Berbagi Kebahagiaan dengan Cara Unik

Sri, Srikandi Mandiri dan Menginspirasi

Diperbarui: 11 Juni 2022   13:01

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sri, Srikandi Mandiri dan Menginspirasi (gambar: istockphoto.com, diolah pribadi)

"Sri masih lama enggak?" Kami sudah mau berangkat kerja. Pertanyaan yang selalu dilontarkan oleh penghuni rumah vertikal kepada Sri, penyedia jasa kebersihan ketika menunggu konfirmasi kedatangannya untuk bersih-bersih.

Sri hidup dari jasa melayani pelanggan yang tinggal di rumah susun. Sejenis GoClean yang disediakan aplikasi digital. Jasa bersih-bersih rumah. Tetapi ini dari mulut ke mulut saja. Pemilik akan merekomendasikan jasanya kepada orang lain bila dirasa layanan memuaskan.

Dari sanalah ia bisa membeli makan, bayar listrik, hingga menafkahi keluarga yang berada di kampung. Ia tulang punggung keluarga.

Namun Sri terancam kehilangan mata pencaharian sejak pandemi di bulan Maret tahun 2020 belum memperlihatkan kesudahan. Ia harus menyesuaikan diri dengan situasi pandemi.

Bersaing dengan teknologi dan alasan pengaplikasian 5 M (Mencuci tangan, menjaga jarak, memakai masker, mengurangi mobilitas, menjauhi kerumunan). Memutus rantai penyebaran Corona sampai PSBB yang diberlakukan berdampak langsung bagi Sri dan Sri-Sri lainnya.

Pelanggan beralih menggunakan jasa elektronik untuk kegiatan bersih-bersih meningkat tajam.  Penggunaan mesin cuci, penyedot debu, robot pembersih lantai menjadi pesaing. Tidak mengomel saat dimarahi. Tidak perlu memandori dan masih banyak alasan lainnya yang berbau higienis.

Sekarang ia harus memutar otak lagi, bagaimana asap dapur tetap mengepul.

Kamma baik berbuah tepat waktunya. Pembicaraan ringan yang terjadi di warung nasi Ria, membuat kehidupan Sri berubah.

"Aduh kenapa si Covid masih betah ya? Panggilan untuk bersih-bersih minim banget. Gimana bisa kirim uang ke kampung? Pusing...!" keluh Sri kepada salah satu pelanggan warung.

"Sama, pengunjung warung juga sepi. Mereka takut kumpul-kumpul. Untungnya pesanan masih bisa dilayani dengan telepon dan pesan masuk," timpal pemilik warung.  

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline