Lihat ke Halaman Asli

Kompasianer METTASIK

TERVERIFIKASI

Menulis itu Asyik, Berbagi Kebahagiaan dengan Cara Unik

Pengelana Kehidupan Mencari Nibbana

Diperbarui: 9 Juni 2022   19:22

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pengelana Kehidupan Mencari Nibbana (gambar: medium.com, diolah pribadi)

Berjalan jauh hingga kini, dalam segara derita menerpa. Suka-duka datang silih berganti. Entah sampai kapan nanti

Roda samsara terus, terus, dan terus berputar. Karena Avijja, Tanha, dan Moha. Tergiur kemelekatan nafsu keinginan yang kuat, hingga lahir, lahir, dan lahir kembali.

Kelahiran diiringi tangisan, meninggal pun ditangisi. Lahir tidak membawa apa-apa, meninggal pun tidak membawa pulang. Tidak ada yang dibawa, kecuali Karma baik dan buruk.

Ketika kehidupan datang menjelang, miris, khawatir masa depan. Yang lampau jadi peringatan, masa kini adalah kenyataan. Sedangkan masa depan belum kelihatan.

Maka demi uang mengorbankan kesehatan. Demi kesehatan kita mengorbankan uang.

Congkak, tamak, benci adalah ilusi yang seolah-olah tidak akan mati. Jangan kita berbuat jahat dengan pikiran, kata, perbuatan. Karena Tanha sumbernya derita. Jalankan Sila, Samadhi, dan Panna. Bersihkan pikiran, batin, wacana, dan perilaku.

Ingat kawan kegiuran, piti, kenikmatan yang dialami, membuat segalanya lupa diri. Karena nikmat membawa sengsara. Samsara dalam alam derita.

Kini rakit-takutmu telah kupatahkan, untuk tujuan yang akan kucapai.

Janganlah melekat pada Dukkha. Karena lahir, tua, sakit, dan mati adalah penderitaan. Berulang-ulang dalam hulu lalang yang tiada henti.

Sadarlah, adanya Dukkha, asal mula Dukkha, akhir Dukkha, dan jalan menuju lenyapnya Dukkha.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline