Lihat ke Halaman Asli

Kompasianer METTASIK

TERVERIFIKASI

Menulis itu Asyik, Berbagi Kebahagiaan dengan Cara Unik

Hiduplah Saat Ini: "Jadi Hidup Hanya untuk Saat Ini, Begitu?"

Diperbarui: 7 Mei 2022   06:11

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hiduplah saat ini: Jadi hidup hanya untuk saat ini, begitu? (gambar: tinybuddha.com, diolah pribadi)

Sering dalam berdiskusi dengan generasi muda, khususnya mahasiswa, saya bertanya: "Anda mau jadi apa ke depannya? 5-10 tahun dari sekarang mau jadi apa? Atau apa cita-cita ke depannya?" Atau pertanyaan sejenis itu, yang pada prinsipnya ingin mengetahui apakah lawan bicara sudah punya wacana masa depannya atau belum.

Beberapa kali saya sempat diberi jawaban yg mengagetkan: "untuk apa merisaukan masa depan pak? Hiduplah saat ini, supaya bisa bahagia dong." Demikian jawaban yang pernah saya terima. Hiduplah saat ini: buddhistik banget. Jawaban yang diberikan kelihatan benar, namun ada yang tersembunyi yang perlu diluruskan.

Kita telah sering mendengar dari berbagai tulisan, percakapan, maupun ceramah yang pada intinya memberi pesan bahwa masa lalu adalah sesuatu yang sudah tidak bisa diubah, jadi untuk apa disesali? Lalu bagai mana dengan masa depan? Masa depan belum sampai kita tidak bisa memastikan, jadi untuk apa kita risaukan?

Sekilas terlihat bahwa ungkapan pada paragraf di atas sangat tepat, terutama menyangkut masa lalu yang tentunya waktunya sudah lewat, peristiwanya pun sudah terjadi, lalu untuk apa disesali. Yang diperlukan adalah menjadikan masa lalu sebagai pengalaman dan pembelajaran sehingga kita tidak mengulang kesalahan yang sama ke depannya, selain tentunya menyadari bahwa inipun akan / sudah berlalu.

Mahasiswa yang menjawab pertanyaan saya tentang masa depan saya ajak berdiskusi.

 "Tahukan kamu bahwa visi atau cita-cita umat Buddha adalah mencapai Nibbana/Nirwana?" 

"Ya pak," jawabnya.

"Nah memiliki cita-cita tidak berarti kita merisaukan, tapi kita tahu apa yang mau kita capai ke depannya. Demikian juga dalam hidup ini."

"O gitu ya pak? Trus kan disuruh hiduplah saat ini. Bagaimana dong maknanya?"

"Begini, kata saya. Apakah saat anda makan, anda menyadari makanan masuk mulut? Makanan dikunyah berapa kali dan makanan ditelan?"

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline