Di zaman sekarang, di seluruh dunia, garis jalan adalah hal yang umum. Kita malah akan bingung jika ada jalan besar atau jalan raya tidak memiliki garis-garis jalan. Garis-garis di jalan inilah yang membantu pengguna jalan untuk menentukan posisi kendaraannya.
Garis-garis jalan memungkinkan pengguna jalan untuk tetap berada di lajurnya, kecuali memang mau berpindah lajur. Tanpa adanya garis-garis jalan, pengguna jalan dapat berpindah lajur tanpa disadari. Ini dapat terjadi terutama jika jalanan yang ditempuh berkelok-kelok.
Perpindahan kendaraan ke lajur lain, apalagi secara tiba-tiba, bisa menyebabkan tabrakan dengan kendaraan lain. Oleh karenanya, kendaraan biasanya tidak dianjurkan sering berpindah-pindah lajur. Kalaupun mau berpindah lajur, harus memastikan kondisinya betul-betul aman terlebih dahulu.
Keberadaan garis-garis jalan memungkinkan kecelakaan dapat dikurangi secara signifikan. Tidak ada orang waras yang akan protes melihat garis-garis yang ada di jalan.
Namun tahukah kita bahwa garis-garis jalan, yang sudah sangat umum tersebut, awalnya dianggap ide gila?
Tahukah kita bahwa pencetus ide garis jalan tersebut awalnya dicap sebagai orang yang tidak waras?
Diperlukan banyak sekali perjuangan dan waktu yang panjang sebelum ide garis jalan tersebut diujicobakan untuk pertama kalinya.
Andaikan pencetus garis jalan tersebut patah semangat sebelum idenya diujicobakan. Andaikan pencetus ide garis jalan tersebut bukanlah orang yang keras hati dan pantang menyerah. Garis jalan yang begitu bermanfaat entahlah akan dikenal atau tidak.
Kalaupun dikenal, garis jalan yang begitu banyak membantu para pengguna jalan, entahlah harus mundur berapa tahun untuk bisa dikenal.
Sebelum tahun 1924, garis-garis penanda di jalan belumlah dikenal. Asal mulanya adalah seorang dokter wanita bernama Dr. June McCaroll, yang walaupun ditentang dan ditertawakan, secara gigih dan persisten memperjuangkan pengecatan garis-garis di jalan.