Lihat ke Halaman Asli

Kompasianer METTASIK

TERVERIFIKASI

Menulis itu Asyik, Berbagi Kebahagiaan dengan Cara Unik

Warisan Paling Berharga untuk Sang Permata Hati

Diperbarui: 28 April 2022   05:00

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

gambar: boomerhighway.org, itl.cat, diolah pribadi

Sebagai seorang ibu dari tiga orang anak, saya sering sangat ambisius dengan masa depan anak-anak saya.
Seperti banyak orangtua yang lain, saya ingin memberikan yang terbaik untuk mereka dan memastikan bahwa ketiga anak saya akan bahagia, berhasil, dan sukses menjadi "orang" dalam kehidupan mereka nanti.

Selain sangat ambisius, saya juga sering merasa cemas dan khawatir tentang masa depan anak-anak saya. Apalagi kalau saya membayangkan bagaimana mereka nanti kalau saya sudah tidak bersama mereka lagi (saya meninggal dunia)

Karena ambisi dan kecemasan saya untuk melihat anak-anak saya berhasil "menjadi orang", maka saya berusaha menyiapkan semua fasilitas yang menurut pikiran saya adalah yang terbaik untuk masa depan mereka.

Saya ikutkan dan daftarkan anak-anak ke sekolah terbaik dan semua les terbaik yang saya pikir akan membantu mereka untuk siap berkompetisi di dunia yang keras ini. Saya berusaha sekuat tenaga untuk memastikan dan mengendalikan masa depan mereka.

Sekeras apapun saya memastikan, tapi tetap saja saya masih merasa tidak aman dan cemas. Apakah semua yang sudah saya lakukan ini cukup untuk masa depan mereka? Apakah mereka akan baik-baik saja kalau saya ibunya tidak ada?

Semakin saya cemas dan khawatir, semakin keras saya bekerja, dan berakrobat dalam bekerja istilahnya sampai "kaki di kepala kepala di kaki" dalam bekerja mencari "uang" untuk membiayai kebutuhan pendidikan terbaik anak-anak saya.

Saya menjadi orang yang sangat sibuk bekerja dengan alasan demi masa depan anak-anak. Saya menjadi ibu yang tidak punya waktu untuk berbahagia dan menikmati waktu bersama anak-anak saya.

Saya menjadi orang yang selalu terburu buru, lelah lahir dan batin dan menjadi ibu yang hampir selalu tidak punya waktu saat anak-anak mencari dan membutuhkan saya.

Kalau anak anak protes, selalu saya tekankan ke anak-anak untuk mengerti bahwa ini semua adalah demi untuk masa depan mereka!

Saya benar-benar hanyut dalam kendali kecemasan dan keruwetan pikiran saya tentang masa depan anak-anak saya. Saya sama sekali lupa bahwa anak-anak saya tidak hanya membutuhkan materi untuk menyambut masa depan mereka.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline