Lihat ke Halaman Asli

Kompasianer METTASIK

TERVERIFIKASI

Menulis itu Asyik, Berbagi Kebahagiaan dengan Cara Unik

Monolog: Panna, Antara Kebijaksanaan dan Pengetahuan

Diperbarui: 15 April 2022   04:32

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Monolog: Panna, Antara Kebijaksanaan dan Pengetahuan (gambar: news.cgtn.com, diolah pribadi)

Kata "Panna" dalam bahasa Pali bila diterjemahkan bisa memiliki dua arti: kebijaksanaan dan pengetahuan. Memiliki pengetahuan berarti memiliki kebijaksanaan, dan Dia yang pengetahu semesta berarti tanpa tanding dalam hal kebijaksanaan.

Ketika dulu membaca tentang pencerahan Buddha yang menyebutkan 3 pengetahuan yang Beliau raih dan salah satunya adalah pengetahuan tentang kehidupan-kehidupan lampau Beliau (dan juga makhluk-makhluk lain) tanpa batas, aku agak heran mengapa pengetahuan seperti ini tampaknya penting sebagai salah satu tolok ukur pencerahan seorang Buddha?

Barulah belakangan aku paham apa arti penting pengetahuan tentang kehidupan-kehidupan lampau yang tanpa batas itu. Dari pengetahuan ini, kemampuan untuk melihat timbul tenggelam lahir mati dan perputaran siklus kehidupan dunia di rentang tanpa batas ini,

Buddha melihat langsung bekerjanya hukum karma dan sebab musabab yang saling ketergantungan. Beliau mampu memahami mengapa makhluk-makhluk tertentu berperilaku seperti ini itu, berkecenderungan seperti ini itu, menjalani kehidupan dengan cara begini begitu, dan seterursnya.

Buddha memahami sebab-sebabnya, Beliau juga mengetahui apa akibat-akibatnya, dan pada giliran berikut menjadi rantai aksi-reaksi yang pada ujungnya menjadikan Beliau tahu segala solusi berikut mana yang mungkin dan mana yang tak mungkin. Pengetahuan yang paripurna berarti kebijaksanaan yang paripurna juga.

Aku mengenal tuturan tentang perbedaan orang pintar dengan orang bijaksana. Katanya, orang pintar adalah mereka yang belajar dari pengalamannya sendiri, sedangkan orang bijaksana adalah mereka yang belajar dari pengalaman orang lain.

Dengan kemampuan-Nya melihat kehidupan lampau tanpa batas dari diri maupun makhluk lainnya, Buddha bukan sekadar "belajar" dari pengalaman-Nya sendiri (melihat kehidupan lampau-Nya) melainkan juga bisa membandingkan dan melihat pengalaman-pengalaman makhluk lain.

Ini menjadikan kebijaksanaan Buddha melampaui jenis kebijaksanaan biasa yang parsial. Dan dari kebijaksanaan paripurna ini, yang utuh tanpa terhalangi tirai ilusi, Buddha mampu menunjukkan jalan terang dan jelas menuju ke pembebasan sejati.

Aku yakin kita semua para Buddhis akan sepakat, pasti bukanlah perbuatan bijaksana bila menyia-nyiakan petunjuk dari Guru yang kebijaksanaan paripurna seperti Buddha, ya kan?

**

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline