Sinar mentari seketika muncul
Dibalik awan yang masih menggulung tebal
Seakan membawa secercah harapan baru
Bagi siapa yang merindu Sang pelangi
Kupu dan lebah mulai hadir sambil tertawa
Menghampiri bunga yang mekar menggoda
Mencari setitik madu yang kian langka
Demi menyambung hidup nan tak pernah pasti
Pucuk pohon bergoyang berat
Hanya karena sapaan semilir angin lembut
Calon-calon buah bergelantung sombong
Bak menggantung sebuah pengharapan setinggi langit
Tiba-tiba hujan deras kembali tumpah
Tanpa perintah dan rencana apalagi aba-aba
Kupu dan lebah lari tunggang langgang
Bekal pun belum cukup namun tiada pilihan
Banyak bunga tercerai berai belum bersiap
Tertampar angin yang meliuk bagai naga langit
Si calon buah tak lagi mampu berkata
Hanya menangis lalu terhempas ke bumi menahan derita
Seketika kedamaian itu seakan sirna
Yang tertinggal hanya penyesalan
Menampar diri tiada arti
Hanya menambah derita diri
Meski di cari waktu tak akan pernah hadir kembali
Yang lalu tak pernah di amati apalagi di hargai
Kini diri baru menyadari
Tiada yang lebih berarti dari pada saat ini....
**
Jakarta, 01 April 2022
Penulis: Karly Santosa untuk Grup Penulis Mettasik
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H