Lihat ke Halaman Asli

Kompasianer METTASIK

TERVERIFIKASI

Menulis itu Asyik, Berbagi Kebahagiaan dengan Cara Unik

Seni Menggores Air, Seni Melihat Amarah Mencair

Diperbarui: 12 Maret 2022   19:49

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Seni Menggores Air (diolah pribadi, sumber: topcareer.id)

Di suatu desa dekat pesisir lautan, ada seorang pemuda bernama Ari. Dia hidup dengan kedua orang tuanya.

Orang tuanya sudah jompo dan hidup sebagai pengrajin. Keluarga mereka sangat sederhana, hanya hidup dari hasil kerajinan tangan saja.

Ari adalah anak yang berbakti. Setiap hari ia bekerja tanpa henti. Dari pagi hingga petang hari. Merajut dan membuat bakul, sapu ijuk, dan berbagai alat kesenian.

Ari juga memiliki tugas tambahan. Dia bertugas untuk menjual dagangan mereka. Jika pasar sudah ramai, Ari akan bersiap-siap dengan kereta dorongnya, membawa jualannya sendiri.

Dia pergi dari rumah ke rumah dan dari desa ke desa, menjual barang-barang dagangan dengan penuh usaha.

Nasib tidak pernah menentu. Ada kalanya Ari berhasil menjual banyak. Akan tetapi, lebih sering dia tidak mendapatkan pelanggan.

Bersusah payah, barang tidak laku. Bekerja keras, banyak yang menghina. Perasaan kesal dan jengkel layak jadi satu.

Belum lagi jika ada pelanggan yang reseh. Barang ditawar, harga termurah pun diberikan. Selain jengkel dan kesal, marah pun ikut nimbrung.

Jika sudah demikian, Ari mempunyai cara yang aneh untuk meluapkan dan melupakan amarahnya. Setiap kali ia berjalan kembali menuju rumah, ia selalu mampir di pinggir pantai.

Ia membuat goresan di air laut...

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline