Ini cerita tentang emakku. Emak senang kalo nonton, aku duduk disampingnya ikut menemani.
Terserah yang apa yang aku lakukan, beneran ikut nonton, atau sambil pencet-pencet HP. Atau bahkan sambil buka-buka buku resep.
Emak punya hobi unik. Kalau nonton, suka komentar. Yup, emak pasti selalu memberikan komentar. Sampai kadang aku berpikir, apa semua emak di dunia begitu ya?
Atau emakku saja yang kesepian dan tidak punya teman ngomong selama aku tinggal kerja. Sehingga tontonan menjadi sarana emak mengeluarkan kata-kata lewat komentar.
Bisa dimaklumi, lagipula bukankah konon wanita mengeluarkan kata 20.000 perhari.
Komentar-komentar itu kadang terdengar seperti dengungan. Terutama kalau aku lagi asyik dengan pembahasan di grup WA tetangga. Kadang hanya menjadi sebuah komentar yang lewat begitu saja, kadang menimbulkan rasa geli, dan Tidak jarang juga menganggu.
Suatu malam, kami sedang duduk menonton acara final MasterChef Australia. Dari awal emak sudah komen "Kok bisa ya, masak diburu buru gitu. Kalo aku gak bakal jadi masakannya, yang ada tangan kena pisau."
"Makanya Mak masak untuk aku aja. Gak usah untuk lomba ya." jawabku.
Dan menyusul beberapa komentar-komentar lainnya, seperti besarnya oven, anehnya bahan masakan yang disediakan, dan seterusnya.
Hingga saat peserta menyajikan masakannya. Satu-persatu mengantarkannya ke dewan juri untuk dicicipi. Urutannya berdasarkan panggilan dewan juri.