Lihat ke Halaman Asli

Kompasianer METTASIK

TERVERIFIKASI

Menulis itu Asyik, Berbagi Kebahagiaan dengan Cara Unik

Kulkas Pikiran, Tempat yang Nyaman Menimbun Sampah

Diperbarui: 19 Februari 2022   06:40

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kulkas Pikiran, diolah pribadi, gambar: blog.fantasticservices.com

Dalam rumah tangga modern saat ini, kulkas bukanlah barang asing. Sebagian besar pasti memiliikinya sebagai tempat menyimpan makanan dan minuman agar tidak cepat busuk.

Kulkas ini sangat membantu ketika kita tidak ingin memakan atau mengolah makanan saat itu juga. Tetapi, banyak orang yang tidak menyadari kalau makanan atau minuman yang disimpan terlalu lama di dalam kulkas dapat menjadi sampah, dan menimbulkan bau tidak sedap.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia definisi kulkas adalah lemari pendingin (tempat menyimpan makanan supaya tidak cepat busuk dan sebagainya). Tetapi dalam tulisan ini saya ingin mengibaratkan pikiran kita sebagai kulkas.

Pikiran kita banyak menyimpan bentuk-bentuk pikiran, ada yang baik, tetapi banyak pula pikiran yang tidak baik. Terutama setelah kita melihat, mendengar, mencium, ataupun merasakan sesuatu yang sangat berkesan bagi kita.

Ibarat makanan yang dimasukkan ke dalam kulkas, tentunya kita akan memasukkan yang baik ke dalam kulkas. Rasanya hampir tidak mungkin kita memasukkan sampah (makanan busuk) ke dalam kulkas.

Tetapi, dalam hal "kulkas pikiran" kita kerap kali memasukkan bahkan menyimpan yang busuk (bentuk pikiran negatif).

Oleh karena itu jangan biarkan kebencian, keserakahan, dan bentuk pikiran negatif lainnya masuk ke dalam kulkas pikiran, apalagi terus disimpan di dalamnya, karena itu adalah sampah.

Sampah akan mencemari kulkas kita, sehingga bau busuk akan tersimpan di dalamnya. Dan ketika dibuka, maka baunya akan menyeruak keluar dari dalam. Sama halnya dengan pikiran kita yang berisi bentuk-bentuk pikiran negatif, maka yang akan keluar adalah ucapan dan perbuatan negatif yang akan merugikan diri sendiri dan orang lain.

Seringkali kita mendengar orang yang membenci berkata bahwa ia dendam tujuh turunan. Bahkan jika tidak puas, kadang naik menjadi delapan tanjakan hingga Sembilan kelokan.

Di dalam Dhammapada Atthakatha syair kelima, ada "Kisah Kalayakkhini" yang menceritakan tentang perseteruan seorang wanita yang mandul dan pesaingnya. Permusuhan mereka terus berlanjut beberapa kelahiran berikutnya. Itu disebabkan karena kebencian terus dipelihara di dalam hati dan pikiran masing-masing.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline