"Siap-Siap, kita berangkat" begitu kurang lebih kalimat yang sering kita dengar ketika hendak pergi ke suatu tempat. Seyogyanya kemanapun tempat yang kita tuju membutuhkan persiapan. Sama halnya saat kita menghadapi perjalanan di tahun yang baru 2022.
Ada sebagian orang melakukan persiapan yang cukup banyak dan berlebihan, ada pula yang hanya persiapan sekadarnya. Tentunya persiapan berlebihan telah memperhitungkan berbagai kemungkinan yang akan terjadi. Untuk masa depan yang jauh lebih baik. Namun, di sisi lain menuntut sumber daya yang lebih banyak.
Dari pengamatan penulis persiapan materi dan strategi memang bisa membantu, namun persiapan batin tidak kalah pentingnya. Dalam hal ini adalah batin-batin yang tidak kaku, batin yang fleksibel, dan batin yang siap menerima perubahan-perubahan yang akan terjadi. Perubahan yang kadang belum terantisipasi sebelumnya.
Juga batin yang jeli terhadap berbagai tanda-tanda selama perjalanan, baik buruk maupun yang baik. Untuk bisa seperti itu, diperlukan kejernihan dan ketenangan pikiran. Dengan demikian, mengelola batin agar mudah tenang dan jernih dalam berbagai kondisi yang dihadapi adalah kebutuhan mendasar.
Seperti halnya di jalan tol ada penanda jalan yang menunjukkan kita sudah berada di posisi Kilometer berapa menuju ke lokasi tujuan. Bayangkan jika kita berjalan tanpa ada penanda seperti itu, tentunya ini akan memperlambat laju kita. Perlu berhenti untuk mencari informasi, sudah sejauh mana posisi kita.
Beberapa orang menanggapi penanda ini sebagai hal yang menakutkan atau menurunkan motivasi untuk tetap maju "waduh? masih jauh? kapan sampainya? bagaimana ini?".
Dalam satu perjalanan naik gunung, saya bersama teman-teman dipandu oleh seorang pemandu gunung. Setelah berjalan sekian jam dan perjalanan dirasa sudah cukup jauh, seorang teman bertanya ke sang pemandu "masih jauh tidak pak?", di jawab oleh pemandu "sudah dekat".
Jawaban pemandu ini memotivasi kami untuk tetap berjalan karena sudah dekat. Namun, setelah sekian jam dilalui, puncak pun masih belum kelihatan. Lalu teman kami bertanya lagi ke pemandu "apakah masih jauh pak?", di jawab lagi oleh pemandu "sudah dekat".
Apakah pemandu ini berbohong? belum tentu, karena kriteria "sudah dekat" ini berbeda-beda dalam persepsi setiap orang. Terlepas dari berbohong atau tidaknya, jawaban si pemandu membuat kami terus berjalan meskipun kelelahan. Hingga akhirnya, mencapai puncak gunung.
Namun, perjalanan panjang juga membutuhkan istirahat. Perlu diketahui, ada 2 jenis istirahat: