Lihat ke Halaman Asli

Kompasianer METTASIK

TERVERIFIKASI

Menulis itu Asyik, Berbagi Kebahagiaan dengan Cara Unik

Ma, Izinkan Aku Menulis Tentangmu

Diperbarui: 30 Desember 2021   10:33

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ma, Izinkan Aku Menulis Tentangmu (washingtonpost.com)

Berawal dari sebuah RS di Semarang. Aku lahir di sana. Papa tinggal di Pekalongan bersama kakak yang terpaut 16 bulan. Praktis menjadi tidak mudah untuk Papa yang tinggal di Pekalongan untuk berkunjung dan menemani Mama setiap saat.

Di Semarang? Kenapa tidak di Pekalongan? Ternyata RS tersebut adalah RS terbaik eranya. Alhasil Mama kesepian. Keluarga besar Mama ada di Jakarta. Teman-teman pun tidak ada. Padahal, Mama adalah anak ke sembilan dari 13 bersaudara. Wah, bisa jadi kesebelasan sepak bola plus cadangan ya!

Andaikan berada di antara keluarga dan sahabat, pasti Mama akan mendapatkan perhatian dan makanan yang berlimpah ruah. Apalagi akses tol sudah seperti sekarang. Sekejap. Wuus.. jarak tempuh Pekalongan-Semarang seperti dari bandara Soetta ke stasiun Gambir. Sekitar satu jam sampai. Tanpa macet.

Nasib berkehendak lain, demi melahirkanku, Mama kekurangan asupan gizi. Mama hanya makan secukupnya, namun harus tetap menyusuiku. Kenapa tidak Gofood? Hehehehe. Faktanya saat itu Mama tidak dibekali uang elektronik bahkan cash. Handphone? Belum zamannya.

Ma, maafkan aku... anakmu yang sudah membuatmu susah.

Dalam tradisi tionghoa, 40 hari pasca melahirkan perawatan diri harus dijalankan dengan ketat. Antara lain tidak boleh kena angin langsung. Mandi air hangat dan tidak keramas. Tidak bekerja berat. Makan makanan bergizi untuk memulihkan tubuh.

Masa-masa krusial seorang wanita adalah setelah melahirkan. Karena akan berdampak pada kesehatan jangka panjang. Berbagai penyakit akan menghampiri bila terabaikan. Tapi Mama tidak mendapatkan privilege itu.

Memasuki bab berikutnya.  Kakak beradik tiba di masa pertumbuhan. Setiap waktu kami selalu lapar... lapar... dan lapar.  Apapun yang dilihat selalu menjadi incaran kami untuk dilahap.

Suatu ketika kami berdua sudah selesai makan dalam hitungan menit. Giliran Mama yang sedang menyuap garpu pertama ke dalam mulut semangkok bakmi ayam spesial. Nikmat...

Namun dua pasang mata mengiba untuk mendapatkannya. Mama merelakannya walau menahan lapar. Kakak beradik menjadi gembul. Mama menjadi semakin langsing. Dengan bobot hanya 36 kg dan tinggi 160 cm.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline