Chapter 11: Gunung Zenox
Kita mengelilingi pegunungan di dunia Mortaz. Mereka memiliki gunung yang sangat indah. Con-con tetap mengubah wujudnya menjadi jubah untuk menutupi aku. Aku tetap memakai baju seragamku. Bajuku ini makin lama makin mengeluarkan bau busuk. Aku kurang suka memakai baju yang dalam satu hari. Aku selalu mengganti bajuku dan tidak tahan untuk mengganti baju baru.
Aku melihat dunia Axtraliz ini sangat luas dan terbagi menjadi dua, yaitu Mortaz dan Xeo. Aku berada di siang hari di Mortaz dan aku melihat malam hari di dunia Xeo. Dunia Xeo terlihat istana yang berkilau di malam hari, seperti cahaya redup kunang-kunang di malam hari.
Aku melihat gunung Zenox seperti kepala manusia yang menghadap ke langit. Aku merasakan gunung tersebut juga bergerak juga. Wajah gunung itu sedang bergumur yang sedang mengerakan bibirnya.
Dibawah gunung tersebut terdapat sebuah lubang goa yang cukup besar. Troxmaztrux terbang menghampiri lubang goa tersebut. Rasanya goa tersebut adalah tempat tujuan kita.
Setelah kami telah sampai dan turun dari burung raksasa tumbuhan ini. Troxmaztrux memecahkan dirinya menjadi tumbuhan menjalar dan menanamkan dirinya ke dalam tanah.
Di dalam goa tersebut terdapat sebuah pintu raksasa ganda yang tidak memiliki lubang kunci, hanya memiliki gagang pintu. Di tengah-tengah kedua pintu tersebut terdapat sebuah pahatan muka wanita yang terbuat dari emas. Semua bahan dibuat oleh pintu ini terbuat dari emas dan perak. Pintu tersebut memiliki pahatan dan ukiran bahasa Axtraliz yang menjelaskan sebuah cerita. Cerita itu menceritakan tentang penyihir Axtraliz yang memiliki hak untuk membuka pintu ini. Dia yang dapat mengunakan kemampuan kekuatan kunci tersebut untuk membuka pintu ini. Ada dua kalimat yang berbunyi bahwa kebenaran dapat dibuka pada waktu matahari terbit. kebohongan dapat muncul pada sinar gerhana bulan. Terlihat sebuah teka-teki.
Aku melihat matahari telah terbit dan aku sadar bahwa aku sudah menemukan jawaban untuk membuka pintu ini. Aku ingat bahwa Estephania berkata bahwa lubang kunci ada dimana-mana. Aku mengeluarkan kunci perak yang aku simpan di dalam sakuku.
"Siapa itu? Yang mengganggu aku yang sedang tidur." Aku mendengar suara perempuan yang berbicara keras.
Aku melihat sekitarnya. Aku melihat ke atas pintu dan aku melihat muka perempuan yang di berada di tengah-tengah pintu ganda berbicara dan menggerakan mukanya. Dia menatap kami semua dengan tajam. Dia terlihat sangat marah sekali.
"Siapa kamu?" Aku bertanya langsung kepada dia.