Chapter 9 : Sang Penjaga Gunung Zenox
Aku terbangun dan melihat Estephania sedang menulis dan menggambar. Aku melihat sekeliling aku dan aku sadar bahwa aku ada di dalam kelas aku yaitu kelas 3A. Kelas yang diujung dekat sudut.
Orang-orang bilang kelas A dikenal sebagai kelas yang penuh dengan anak-anak yang pintar tapi banyak masalah. Kelas kami berdua selalu rebut terus meskipun ada guru yang masuk. Meskipun kelas yang ramai kayak begitu, Estephania tetap menulis dan menggambar.
Dia tidak perduli akan kegaduhan di dalam kelas. Dia tetap konstrasi kepada dunia dia. Aku sadar bahwa dia bisa multitasking. Dia bisa menggambar menggambar di tangan kanan dan dia bisa menulis di tangan kirinya. \Dia pernah berkata bahwa dia itu kidal, tapi dia belajar mengunakan tangan kanan dia. Dia berkata bahwa sangat disayangkan kalau tangan kiri yang berfungsi ini tidak digunakan lagi. Itu sebabnya dia mengunakan kedua tangannya untuk menciptakan sebuah cerita dan dunia yang dia ciptakan.
Estephania menatap aku yang telah bangun dari tidur siang aku dan berkata," Selamat siang, Step. Sudah pulas tidurnya?"
"Estephania?"
Aku perlahan-lahan berpikir, bahwa petualangan itu adalah cuma mimpi saja. Aku mulai tenangkan pikiranku. Segala sesuatu hanya sebuah mimpi.
"Itu bukan mimpi. Sekarang kamu di dalam mimpi." Estephania berkata dengan nada biasa dan senyum.
Kata-kata yang dikeluarkan itu membuat aku merinding dan terkejut. Aku menatap dia dengan mataku melotot.
"Kamu masih di dalam dunia Axtraliz. Kamu harus mendapat kunci itu untuk kembali ke dunia kamu."
"Tapi kunci telah direbut oleh Yexenia."