Lihat ke Halaman Asli

Didi Abdillah Ahmad

Seorang ayah, suami, dan guru yang fakir ilmu

Agar Pujian Tidak Menjadi Ujian Bagi Anak

Diperbarui: 7 Desember 2024   00:35

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Parenting. Sumber ilustrasi: Freepik

"Selamat nak, nilai ulanganmu dapat 100!".

"Hebat sekali kamu, nak!".

Itulah beberapa contoh kalimat pujian yang umum sering digunakan orangtua kepada anaknya. Dari kalimat pujian tersebut orangtua berharap timbul respon positif dari sang anak. Seperti meningkatnya rasa percaya diri anak, motivasi dan penghargaan terhadap dirinya.

Menurut Elizabeth Hartkey-Brewer dalam Raising and Praising Boys (2005), memberikan pujian kepada anak merupakan bagian penting dalam cara mendidik maupun pola asuh anak. Karena memberikan pujian merupakan dasar penting dalam usaha orangtua mengembangkan anak sehingga mereka menjadi individu yang menghargai diri sendiri. Selain itu, juga mendorong anak bermotivasi tinggi, dan selalu melakukan hal terbaik dalam hidupnya baik untuk dirinya sendiri maupun lingkungannya.

Namun, perlu diingat bahwa memberikan pujian atau apresiasi kepada anak haruslah dengan cara yang benar dan tepat. Penyampaian pujian dengan cara yang salah dapat menggagalkan usaha untuk memberikan pengaruh positif bagi anak. Alih-alih ingin memberikan dampak positif, dikarenakan ketidaktahuan orangtua tentang cara pemberian pujian yang tepat, yang didapat anak justru dampak negatif. Seperti kehilangan motivasi, rasa percaya diri, timbulnya rasa cemas akan kegagalan, dan perasaan ketergantungan dengan pujian yang kesemuanya itu akan merugikan anak.

Lalu, bagaimana cara memberi pujian yang benar?

Pertama, fokuskan pada proses bukan hasil.

Pastikan pujian yang diberikan berfokus pada proses anak dalam usahanya mencapai sesuatu, bukan hasil semata. Misalnya, alih-alih berkata, "Kamu cerdas sekali!" lebih baik mengatakan, "Ibu senang kamu bekerja keras untuk menyelesaikan tugas ini." Ini membantu anak memahami bahwa proses yang mereka jalani lebih penting daripada sekadar mendapatkan hasil akhir.

Kedua, beri pujian yang realistis dan spesifik.

Pujian yang umum seperti "Kamu hebat!" atau "Kerja bagus!" terdengar kosong tanpa penjelasan lebih lanjut. Sebaliknya, "Wah, kamu sudah belajar dengan baik dan menyelesaikan tugas itu dengan sabar" akan jauh lebih berarti bagi anak.

Dan yang terakhir, puji anak secara konsisten, tapi tidak berlebihan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline