Lihat ke Halaman Asli

A.S. Adam

Penulis dan Editor

Setan Lupa Diri

Diperbarui: 30 September 2024   19:20

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Selepas adzan Isya setan berkeliaran merambah rumah-rumah merangsek penghuni yang lupa diri.

Hingga di tengah malam pintu-pintu kerajaan iblis terbuka menyeret siapa saja yang menikmati celakanya.

Setan tidak kasat mata. Ia nyata berkrah warna. Menggerayangi manusia lupa diri meminjam tubuhnya.

Aku memilih berdiam diri bertafakur meski di sekelilingku adalah setan yang meminjam tubuh manusia.

Tak terasa mata meleleh membasahi sajadah.

Aku berharap malam ini turun kabut tebal membungkus rumah-rumah terlindung dari setan berkrah merah.

Hening
Semilir
Gamericik air
Suara jangkrik menakuti tikus-tikus layaknya petani mengusir hama di persawahan.

Sayangku.
Subuh masih lama.
Berbaringlah di dekatku.
Biarkan aku memelukmu.
Dan, selepas fajar nanti kubangunkan engkau bergegas mengambil air wudlu.
Memohonlah padaNya agar terlindung dari setan-setan serakah yang disumpah serapahi.

Jogja, 30 September 2024




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline