Lihat ke Halaman Asli

Grischa Jovamka

Seorang mahasiswi

Dengan Manajemen Risiko Siap Antisipasi Erupsi Gunung Semeru!

Diperbarui: 14 Desember 2021   04:50

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Alam dan Teknologi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Anthony

Letusan gunung api merupakan salah satu bencana alam yang banyak terjadi di Indonesia, dikarenakan adanya127 gunung berapi aktif dan 19 diantaranya berada di Pulau Jawa. Tingkat risiko dari letusan gunung api memiliki frekuensi kejadian yang lebih sedikit, namun memiliki dampak risiko yang relatif lebih tinggi. Sehingga bencana tersebut harus siap dihadapi dan dipersiapkan dengan kesiapsiagaan.

Gunung Semeru yang terletak di Pasrujambe, Kabupaten Lumajang, Jawa Timur melluncurkan awan panas dengan kejauhan berpuluh-puluh meter, disusul dengan guguran lava. Awan panas terssebut sendiri mampu memicu terjadinya banjir lahar dingin, hal itu terjadi jika hujan yang turun berintensitas tinggi. Sejumlah tempat di pemukiman Lumajang mengalami hujan abu, dan pihak Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) pun membuka kemungkinan untuk mendirikan posko pengungsian.

Timbulnya korban jiwa, kerusakan lingkungan dan infrastruktur, kerugian harta benda, serta dampak psikologis sebagai kejadian risiko akan menjadi bintang utama dalam pembahasan kali ini. Seperti yang dapat dilihat dari artikel Catastrophic Gunung Semeru dan Pentingnya Meningkatkan Kesadaran Risiko terhadap Bencana terdapat korban jiwa 14 warga yang meninggal dunia dan sekitar 98 terluka. Hal ini bukan hanya akan menimbulkan luka fisik, namun akan berdampak juga pada jiwa para korban serta keluarga korban. Segala infrastruktur yang dibangun, lingkungan yang telah dijaga sedemikian rupa dan harta benda yang benar-benar dijaga oleh para warga tentunya merupakan poin yang tidak kalah penting yang dapat dikategorikan sebagai kejadian risiko.

Risk owner dari kejadian risiko ini tentunya para korban dan keluarga korban di kawasan Kabupaten Lumajang yang mengalami luka fisik maupun psikis, bahkan harus mengalami perasaan ditinggal oleh orang terdekat, hingga segala harta benda dan lingkungan yang hilang, rusak dan berantakan.

Akar Penyebab

Banyaknya korban, kerusakan infrastruktur dan lngkungan hingga kerugian material tersebut karena banyaknya permukiman di sekitar daerah rawan bencana di lereng gunung merapi Semeru. Daya dukung lahan pertanian di kawasan rawan bencana gunung merapi sngat tinggi sehingga daerah tersebut menjadi daerah strategis untuk untuk lahan pertanian karena kesuburannya. Hal ini menarik banyak penduduk untuk tinggal dan mengolah lahan di kawasan rawan tersebut sebagai lahan pertanian tanpa mempertimbangkan bahaya gunung berapi yang masih aktif dan bisa mengalami erupsi kapan saja.

Indikator Risiko

Terjadinya kerusakan lahan pertanian dan kawasan permukiman dengan tutupan abu vulkanik, banyak material vulkanik yang sudah terbentuk. Daerah tersebut juga merupakan daerah ternak, ratusan hewan ternak terjebak endapan albu vulkanik dan ditinggal pemiliknya yang mengungsi. Saat terjebak dan ditinggalkan, hewan-hewan ini masih dalam keadaan hidup. 

Faktor Positif

Memperkuat peta kawasan rawan becana sebagai early waning system paling dini dibanding peringatan lannya. Diberikan peringatan dini akan bahaya erupsi dari Gunung Semeru yang disampaikan jauh-jauh hari dan berulang kali kepada para warga sebagai upaya untuk mengantisipasi dan siap melakukan dan menyiapkan titik-titik evakuasi.

Dampak Kualitatif

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline