Lihat ke Halaman Asli

Mencuri vs Prestasi; Siapa yang Salah?!

Diperbarui: 24 Juni 2015   00:57

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Lingkungan sangat berpengaruh terhadap perkembangan pribadi anak. Sebagai tempat tumbuh dan berberkembang, lingkungan tidak sepenuhnya memberi pengaruh positif terhadap perkembangan anak. Ada kalanya lingkungan memperikan berpengaruh negatif. Seperti halnya anak yang kurang mendapat perhatian dari orang tua. Mereka akan cenderung meniru dan mengikuti apa yang dilihat di lingkungannya. Tak jarang kita melihat anak kecil yang mengais rupiah dengan mengamen dan memulung sampah-sampah serta mencopet di tampat-tempat umum.

Mengapa demikian.....?

Untuk menjawab pertanyaan tersebut, mari kenali anak lebih dalam.

Perkembangan anak sesungguhnya didorong dari beberapa faktor. Selain faktor dari luar, ada faktor dari dalam diri anak yang harus kita ketahui. Faktor-faktor tersebut antara lain sebagai berikut :

Pertama, faktor fisik. Seorang anak yang memiliki fisik kuat  dan sehat lebih beruntung dibandingkan dengan anak yang memiliki fisik kecil dan ringkih Anak yang memiliki fisik sehat akan jauh lebih banyak mengikuti aktifitas sesuai dengan tahap perkembangannya. Aktifitas-aktifitas yang diikutinya memberikan pengalaman dan pengaruh positif baginya sebagai modal dasar bagi tumbuh kembangannya.

Anak yang terlalu gendut, terlalu kurus, terlalu tingga atau terlalu pendek dibandingkan anak seusianya dianggap sebagai penyimpangan. Pada usia anak-anak, mereka akan menjadi pusat perhatian bagi anak seusianya dan akan menjadi objek cemoohan. Keadaan fisik anak juga mempengaruhi sikap orang tua. Anak yang tumbuh secara normal seperti anak pada usianya dianggap matang dan mampu hidup mandiri, sedangkan anak yang dianggap orang tuanya kecil dan ringking meskipun seusianya, akan cenderung dilindungi. Hal ini tentu berpengaruh terhadap psikis anak. jika hal tersebut dibiarkan berkelanjutan, anak akan mulai terbiasa mendapat perlindungan dari orang tuanya, sehingga anak anak lebih manja bila dibanding dengan teman seusianya. Akibat yang lebih buruk lagi yaitu, anak yang selalu mendapat perlindungan dan pengawasan lebih dari orang tua akan mempunyai sikap terlalu agresif, cepat marah, emosi yang berlebih-lebihan atau malu. Hal ini tentu akan mempengaruhi proses perkembangan anak.

Kedua, koordinasi motorik. Biasanya anak-anak lebih suka dengan kegiatan yang bersifat kekuatan (seperti olah raga) daripada kegiatan yang hanya bersifat pembelajaran. Misalnya dalam permainan maling dan polisi. Usia anak, pasti sangat suka bila dia sulit ditangkap oleh lawannya dan menjadi penyelamat bertahan. Anak yang dapat bertahan, akan cenderung lebih banyak teman daripada anak cepat tertangkap. Begitu pula pada pelajaran. Anak yang pandai akan menindas anak yang kurang pandai, karena takut kepandaiannya akan tersaingi.

Ketiga, kemampuan mental atau bakat kusus. Setiap anak memiliki mental dan bakat yang berbeda-beda. Ada anak yang mendapat teguran badannya sudah gemerar. Ada pula anak yang mendapat teguran malah di hiraukan dan hanya takut dengan pukulan. Hal tersebut dipengaruhi mental anak yang berbeda-beda. Mental dapat kita bentuk dengan memberikan masukan dan nasehat sejak anak mulai paham diajak berkomunikasi. Anak yang tidak pernah mendapat masukan dan nasehat orang tua, akan cenderung mengikuti lingkungan tempat tinggalnya. Sehingga anak seperti itu tidak akan perduli jika mendapat teguran. Menggunakan pukulan sebagai “teguran”pun tidak baik jika terlalu sering dilakukan. Karna anak akan semakin kebal dan lama-kelamaan akan tidak takut jika hanya mendapat pukulan. Tuntu, ini tidak baik untuk pertumbuhan psikis anak.

Bakat setiap anak juga berbeda-beda. Ada yang gemar sepak bola, membaca, atau bahkan hanya gemar bermain. Sebagai orang yang berpendidikan, kita harus mengarahkan bakat anak supaya lebih positif, sehingga saat usianya tiba, bakat tersebut tidak terbuang percuma.

Setelah mengetahui hal tersebut diatas, tentunya kita dapat berpikir, antara mencuri dan prestasi, siapa yang salah ? orang tua yang tidak mengetahui faktor yang mempengaruhi perkembangan anak, guru yang mendidik anak, atau lingkungan tempat anak tinggal.

Semoga artikel ini dapat menjadi renungan kita semua.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline