Lihat ke Halaman Asli

El Nino, La Nina dan APBD

Diperbarui: 27 Januari 2016   08:09

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pada tahun 2015 dan memasuki tahun 2016 dunia sedang menghadapi dampak El Nino yang menyamai bahkan, melampaui dampak El Nino tahun 1997/98. El Nino tahun 1997/98 merupakan yang terburuk dalam catatan dunia, yang menyebabkan bencana kekeringan, banjir dan berbagai bencana alam lainnya di dunia, diperkirakan korban jiwa mencapai 23.000 jiwa lebih akibat berbagai bencana yang terjadi. Indonesia sendiri tidak lepas dari dampak El Nino ini. Tahun 1997 Indonesia menghadapi bencana kekeringan yang luas. Kebakaran hutan menjadi perhatian dunia, karena asapnya menyebar ke negara tetangga. Produksi pertanian menurun drastic, dan El Nino ditenggarai juga menjadi salah satu penyebab krisi ekonomi yang terjadi di Indonesia saat itu. Total kerugian akibat gagal panen diperkirakan mencapai 466 juta dollar AS, sementara itu kerugian akibat kebakaran hutan diperkirakan mencapai 2,75 milliar dollar AS.
Pertengahan bulan Januari ini, NASA mempublikasi hasil studinya yang menunjukkan bahwa pergerakan dampak El Nino menyerupai pergerakan pada tahun 1997/98 dan bahkan memiliki potensi untuk melampaui kondisi tahun 1997/98. Beberapa ilmuwan bahkan sudah menjuluki El Nino tahun in sebagai “Godzillanya” El Nino dan merupakan El Nino terkuat yang pernah dicatat.

Apa sebenarnya El Nino itu? El Nino (anak lelaki) merupakan fenomena alam ketika angin barat melememah di Samudera Pasifik sehingga menyebabkan suhu permukaan laut di wilayah Timur dan tengah samdura pasifik menjadi lebih tinggi dari biasanya. Kenaikan suhu permukaan laut tersebut menyebabkan curah hujan yang dibawah normal untuk wilayah sekitar Indonesia dan Australia dan curah hujan yang diatas normal untuk wilayah Amerika Selatan dan Utara. Bukan saja wilayah Samudra Pasifik, tetapi dampak El Nino bisa dirasakan secara global, yang mengganggu pola cuaca normal menjadi pola cuaca yang abnormal dan sering kali sangat disruptif. Ikutan dari El Nino adalah fenomena yang disebut dengan La Nina (anak perempuan), yang pada dasarnya merupakan kebalikan dari El Nino, dimana terjadi kondisi cuaca yang menyebabkan cuaca hujan yang berlebih di daerah yang sebelumnya mengalami kemarau panjang.
BMKG memprediksi bahwa dampak El Nino di Indonesia akan terasa hingga akhir Maret yang kemudian diikuti dengan periode berimbang. Dampak La Nina akan mulai terasa pada awal September 2016, yang ditandai degan curah hujan yang lebih dari normal. Dampak La Nina akan terus terasa hingga akhir tahun 2016. BMKG belum dapat memprediksi sebesar apa dampak La Nina, tetapi mereka sudah mewanti-wanti agar daerah yang rawan longsor dan banjir segera mempersiapkan diri.

Perubahan cuaca dan iklim yang menggangu aktivitas perekonomian, sudah pasti akan mengganggu kehidupan manusia secara umum. Tingkat ketahanan pangan dan ketahanan fisik pada masyarakat, terutama pada masyarakat rentan kemiskinan akan sangat bergantung pada kesiapan masyarakat dan pemerintah dalam menghadapi fenomena alam ini. Pemerintah pusat dalam menanggapi dampak El Nino yang terjadi mulai pertengahan 2015 menetapkan 6 langkah prioirtas, yaitu:
1. Mengalihkan anggaran alokasi khusus APBN 2 Trilyun untuk pembuatan embung di daerah serta menyediakan 20.000 pompa air dan sumur dangkal.
2. Posisi cadangan pangan sampai dengan oktober mencapai 2.5 juta ton.
3. Pemanfaatan Bom Air untuk memadamkan kebakaran hutan.
4. Pemanfaatan Hercules dan Helikopter (kerjasama dengan TNI) serta penggunaan sistem kimia retardan untuk wilayah yang mengalami kebakaran.
5. Pengadaan mesin pendingin di daerah perkiraan panen ikan di Pantai Barat Sumatera, Selatan Jawa, Selatan Bali, NTT dan NTB.
6. Menjamin ketersediaan air di waduk dengan mengadakan 71.000 pompa air tanah bagi daerah yang membutuhkan.

Apa yang dapat (dan harus) dilakukan Pemerintah Daerah menghadapi El Nino dan La Nina? UN Indonesia Focus Group on El Nino, mengidentifikasi 5 dampak utama pada masyarakat akibat El Nino yang berkepanjangan, yaitu:
1. Risiko kesehatan yang meningkat akibat dampak kemarau yang panjang serta kekurangan akses air bersih;
2. Akses pada bahan pangan yang terbatas akibat produksi yang menurun dan harga yang meningkat;
3. Meningkatnya kasus malnutrisi karena akses air bersih dan makanan bernutrisi yang terbatas;
4. Musim tanam 2016 yang terlambat, yang berdampak pada produktivitas tanaman pangan yang berkurang;
5. Meningkatnya penduduk miskin, terutama di perkotaan, akibat meningkatnya harga bahan makanan pokok.
Dengan teridentifikasinya dampak El Nino, setidaknya dalam profil APBD tahun 2016 terutama pada daerah-daerah yang paling terkena dampaknya, yaitu wilayah Jawa Tengah, Nusa Tenggara Timur, Maluku, Sulawesi dan Papua harus tergambar kesiapan Pemerintah Daerah setempat dalam menghadapi El Nino. Prioritas program diberikan pada penanganan Gizi Buruk dan Penyakit menular akibat sanitasi yang buruk; Program dalam rangka penyediaan air bersih dan air untuk pertanian; Dukungan terhadap masyarakat rentan dan miskin dalam menghadapi kenaikan bahan pangan; Program pemulihan produktivitas pertanian serta yang tidak kalah penting proporsi anggaran yang cukup untuk penanganan darurat bencana jika diperlukan.

Penanganan dampak El Nino merupakan tugas yang sangat besar dan tidak dapat ditangani oleh satu pihak sendiri, tetapi dibutuhkan kerjasama dari berbagai stakeholders terkait. Pemerintah sudah menunjukkan perhatiannya, Lembaga-lembaga Internasional sudah banyak yang melakukan analisis dan mempersiapkan program intervensinya, tetapi kalau Pemerintah Daerahnya sendiri tidak menunjukkan kesiapannya, bagaimana? Dampak El Nino dan La Nina tidak datang secara tiba-tiba, tetapi merupakan fenomana alam yang terbentuk dan berkembang secara bertahap dan terus di monitor oleh pada ilmuwan di seluruh dunia. Hasil studi dan referensi mengenai El Nino dan La Nina cukup tersedia, sehingga tidak ada alasan bagi Pemerintah Daerah untuk tidak siap, dari sisi kebijakan maupun kesiapan anggaran, dalam menangani dampak El Nino yang terjadi di daerahnya.

(originally posted on https://governanceforchange.wordpress.com/)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline