Kenalkan, namaku Astra. Menjadi anak tunggal dari keluarga Ja-Flo (Jawa-Flores), kuliahku semester enam kini terganggu momen menyedihkan. Ibuku kini harus masuk IGD lagi, setelah semalam kolaps tak sadarkan diri di kamar mandi, sementara ayah sedang dinas di Semarang.
WIIIII WUUU WIIII WUUUU
Sirine ambulans yang baru datang sontak mengalihkan perhatianku saat terduduk di ruang IGD Rumah Sakit Rakanza pukul tiga subuh ini. HP yang sedari tadi kumainkan, langsung kumasukkan saku hoodie, karena tahu sepertinya aku harus berdiri.
Ruang IGD ini cukup sempit, 15 x 10 meter, yang diisi oleh delapan bed dan hanya dibatasi tirai kelambu.
Aku dan Bu Minah, seorang ibu asal Madura, duduk di kursi paling depan sedari tiga jam tadi.
"Awas minggir, beri jalan!" teriak petugas medis pria sembari mendorong bed berbaringkan pasien ibu paruh baya yang bersimbah darah.
Mereka berlari menuju satu-satunya bed kosong yang berada di tengah, di sebelah kiri ibuku tertidur.
Tak mau melihat pemandangan ini, aku berdiri sembari menoleh keluar. Bu Minah hendak mengangkat HP-nya untuk memotret momen itu. Aku pun reflek berbisik,
"Bu, jangan difoto. Bisa kena pasal."
"Loh biar viral, Mas."