Menindaklanjuti artikel saya yang berjudul "Anak Bukan Aset Hari Tua (?), Bisa Jadi Layanan "Seperti Panti Jompo" Dibutuhkan", saya sangat senang mendapatkan atensi dari para kompasianer di kolom komentar. Banyak pula yang sharing mengenai pengalaman dan juga harapan di masa senja kelak.
Terselip di antaranya, ada sebuah wacana dari Bapak Syaiful Anwar yang sangat menarik untuk dijadikan diskursus atau tukar pendapat terbuka. Beliau menjelaskan bahwa pernah suatu saat mengadakan diskusi di Yayasan tempat berbagi ilmu Parenting, tentang kemungkinan membuat Kampung Lansia Ceria.
"Kami pernah di Yayasan Minang Peduli yang concern dengan Parenting, sesama instruktur parenting pernah bergurau serius; Kita bikin panti jompo Kita dari sekarang, jika anak-anak sudah "lepas" alias menikah, perlahan Kita pindah kesana. Kita membayangkan sebuah komplek perumahan bersama sahabat sekarang." tulis Bapak Syaiful Anwar di kolom komentar.
Tergugah hati saya untuk menulis Topik Pilihan "Panti Jompo Bukan Budaya Kita" untuk yang kedua kalinya. Jika di artikel pertama saya merujuk pengalaman Bu Meike Juliana Matthes tentang lembaga sosial di Jerman yang menyediakan layanan caregiver "door to door" sebagai salah satu solusi, maka berikutnya bisa dijadikan diskusi mengenai Kampung Lansia Ceria.
Panti Jompo sebagai tempat menitipkan lansia di Indonesia, luas dikenal dalam mindset kita sebagai sebuah bangunan seperti asrama dimana para lansia akan dibagi tidurnya berdasarkan kamar. Ruang gerak sosial mereka akan terbatas pada taman, tempat makan, living room ataupun tempat berolahraga jikapun ada.
Tentu bayangan ini tidaklah salah, karena mayoritas Panti Jompo yang ada di Indonesia memang berwujud seperti itu. Dilengkapi dengan beberapa perawat berdedikasi, yang siap melayani para "senior kehidupan" ini.
Namun setelah saya searching di internet, ternyata ada beberapa Panti Jompo yang cukup bagus dan sepemikiran dengan ide Bapak Syaiful Anwar.
Sebagai contoh, ada Rukun Senior Living yang bertempat di Bogor, Jawa Barat. Berkonsep hybrid apartemen dan villa, Rukun Senior Living mengklaim sebagai Senior Living pertama di Indonesia. Para lansia akan mempunyai ruang privasi yang lebih luas, karena tempat tinggal mereka berupa kamar apartemen ataupun vila, dibanding sepetak kamar di dalam asrama.
Hanya saja, seperti pemikiran kita selanjutnya, biaya sewa yang dibebankan sepertinya cukup tinggi. Jangkauannya di atas kemampuan middle-class di Indonesia.
Info yang saya ambil dari mommiesdaily.com, tarif inap per harinya mencapai Rp.750.000,- sampai Rp.1.500.000,- pada tahun 2023. Tidak bisa saya klaim mahal, karena pasti layanan yang diberikan akan sesuai dengan harga yang dibayarkan. Terselip beberapa program khusus yang diberikan Rukun Senior Living, seperti Dimentia Day Program.