Pecinta sepak bola mana yang tidak mengenal Erling Braut Haaland? Striker Manchester City berkewarganegaraan Norwegia kini telah menjelma menjadi predator paling menakutkan di kotak penalti. Rekor demi rekor sudah ia pecahkan di usia yang sekarang baru menginjak 23 tahun.
Kendati bisa mencetak banyak gol di setiap musimnya, plus gelar individu dan kolektif bersama City, ada satu yang masih menjadi ganjalannya di mata fans. Erling Haaland kerap tidak terlihat (ghosting) di laga-laga besar!
Partai final FA Cup 22/23 kontra Manchester United, Ilkay Gundogan adalah pahlawan Manchester City dengan dua golnya. Semifinal UCL musim 22/23 melawan Real Madrid, home and away Haaland gagal membobol jala Courtois untuk agregat skor 5-1 bagi City. Lalu di Final melawan Inter Milan, butuh sepakan dari Rodri untuk mengukuhkan treble Citizen musim lalu.
Teraktual, pada "boring Bigmatch" antara Manchester City melawan Arsenal yang berkesudahan tanpa gol, Minggu (31/3/2024) lalu, Erling Haaland berhasil dikantongi oleh Gabriel Magalhaes sepanjang laga. Ia hanya mendapat 23 sentuhan bola dan tanpa tembakan ke arah gawang David Raya!
Apa yang terjadi pada Haaland di laga itu? Apa benar ia tidak cukup bagus di laga-laga besar?
Erling Haaland Merupakan "Team-Play" Striker
Jika mencoba mengingat mana gol terbaik yang dicetak Haaland, pasti sulit untuk menentukan. Mungkin ada satu atau dua momen ia mencetak lewat tembakan keras dari jarak jauh, ataupun berlari kencang melewati bek lawan sebelum taklukkan kiper. Tapi semua kalah banyak dengan memori gol ketika ia berada di depan gawang.
Ya, mayoritas golnya dicetak dengan mendorong bola saja ke dalam gawang, alias tap-in! Bagi banyak orang mungkin terlihat mudah, hanya mengambil posisi tidak offside lalu tinggal menendang atau menyundul bola memanfaatkan badannya yang tinggi besar.
Percaya saya, itu tidak semudah yang terlihat lho. Butuh kemampuan membaca permainan, pengaturan timing yang tepat untuk mengecoh lawan tanpa bola dan terutama chemistry yang baik dengan rekan setim yang memberikan umpan. Tiga poin itulah yang menjadi kelebihan Haaland selama ini.
Pep Guardiola ketika berhasil memboyong Haaland dari Borussia Dormund-pun mengakui, bahwa ia telah membeli kepingan puzzle terakhir yang dibutuhkan Manchester City.