Kesalahan dalam mereview film, akan lebih berdosa daripada kesalahan mereview makanan. Hal ini dikarenakan review film bisa mempengaruhi satu-satunya pengalaman menonton seumur hidup, sedangkan efek review makanan masih bisa mendapatkan kesempatan keduanya mencicipi hidangan tersebut.
Setelah hampir 3 bulan menulis tentang artikel Bola, terkhusus sepakbola, penulis mendapatkan tantangan baru dalam mengembangkan wawasan literasi melalui iming-iming Double K-Rewards 2024. Kompasiana yang menjadi jujugan penulis untuk menambah kemampuan ber-literasi, pada Januari 2024 ini membuka rewards tersebut untuk kategori LYFE.
Bukan secara ujug-ujug penulis memasuki kategori LYFE ini, karena di biodata akun, penulis menerangkan "Mempunyai passion yang berlebih pada dunia Sepakbola dan Perfilman". Sudah merupakan rencana awal penulis sejak memulai menulis di Kompasiana pada Oktober 2023 lalu, bahwa dua hal ini adalah main-focus dari artikel yang ditulis. Sekaranglah waktu yang tepat untuk menulis artikel tentang Perfilman.
Jika sepakbola "mendarah daging" karena merupakan obsesi penulis sejak kecil, dunia perfilman mulai menarik hati ketika penulis mulai menggeluti seni peran di masa perkuliahan. Secara garis besar, pengalaman yang penulis rasakan saat itu adalah sebagai pemain drama, penulis naskah, dan juga sebagai sutradara untuk drama-drama kecil yang penulis tampilkan di bidang sosial bersama rekan-rekan. Hingga akhirnya penulis menjadi film-holic dengan mengunjungi bioskop terdekat paling tidak sekali dalam seminggu.
Jadi dari basic tersebut, menurut penulis, Film ataupun pertunjukkan visual adalah sebuah pengejawantahan dari sebuah tulisan. Ada banyak proses dibalik hasil yang bisa kita nikmati di bioskop, televisi, gadget, ataupun teater, yang tidak bisa kita langsung beri nilai secara buru-buru sebelum mendalami proses di baliknya.
Pengalaman menonton Film mengandung banyak aspek subyektif. Suasana hati, relate atau tidaknya dengan kehidupan kita, giringan opini penonton lain, bahkan dengan siapa kita menonton bisa menentukan judgement kita ketika melihat sebuah Film. Faktor-faktor ini bisa saja memperkuat perasaan kita dengan film tersebut, ataupun malah menjauhkan koneksi kita dengan inti cerita film tersebut.
Untuk itu dalam mereview sebuah Film atau karya visual, ada 4 hal penting yang penulis tekankan dalam setiap artikel tentang Film berikutnya.
1. Ide Cerita
Karena penulis selalu menganggap semua karya visual selalu berawal dari tulisan, maka ide cerita adalah landasan kita dalam melihat sebuah film. Ada banyak hal yang bisa menjadi ide cerita dari sebuah film, antara lain : Adaptasi cerita, pengalaman pribadi dan fiksi murni.
Dalam adaptasi cerita tentunya film-film superhero, semisal Marvel dan DC, adalah pionir besarnya. Karya-karya fiksi mereka yang didahului oleh sebuah buku komik diadaptasi dalam satu atau rentetan film menjadi Cinematic Universe yang baru. Jika sebelumnya komik dan novel menjadi andalannya, kini hasil tulisan online dalam bentuk Wattpad, Noveltoon, dll bisa diadaptasi menjadi sumber fresh sebuah adaptasi film.