Lihat ke Halaman Asli

Study Tour: Sisi Gelap Transportasi Indonesia

Diperbarui: 26 Mei 2024   18:27

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kecelakaan Bus Study Tour di Tol Jombang, Mei 2024 (Sumber : Tribunnews.com)

Belakangan ini, Study Tour menjadi pusat perhatian masyarakat Indonesia. Hal ini karena banyaknya kecelakaan yang selalu melibatkan bus study tour. Tidak hanya sekali, tetapi beberapa kali juga, kecelakaan ini merenggut nyawa pelajar yang seharusnya menjadi penerus bangsa. Sepanjang bulan Mei 2024 saja, telah terjadi sebanyak empat kecelakaan, yang meliputi:

  • SMK Lingga Kencana di Ciater, Subang: Bus Trans Putera Fajar mengalami kecelakaan karena gagalnya fungsi rem, menewaskan 12 orang, termasuk 11 siswa dan satu pengendara motor.

  • SMP Negeri 3 Depok di Bali: Salah satu rombongan bus yang berisi 40 siswa mengalami musibah tertimpa tiang listrik, tidak menimbulkan korban jiwa, namun beberapa siswa mengalami syok.

  • SMP PGRI 1 Wonosari di Tol Rembang-Mojokerto: Kecelakaan lalu lintas disebabkan sopir mengantuk dan banting stir ke kiri, menewaskan satu guru dan kenek bus, serta melukai puluhan siswa.

  • MIN 1 Pesisir Barat di Lampung: Bus study tour mengalami kecelakaan masuk ke jurang saat melalui tanjakan Sedayu, Kabupaten Tanggamus, mengakibatkan enam orang cedera berat, termasuk sopir, dan beberapa korban memiliki luka serius.

Banyaknya kecelakaan yang melibatkan Study Tour, membuat kegiatan sekolah ini menjadi perbincangan antara masyarakat, terutama di media sosial. Tidak sedikit juga masyarakat yang meminta study tour untuk dilarang dan diberhentikan di semua sekolah, padahal study tour seringkali menjadi acara perpisahan yang dinantikan oleh siswa SD, SMP, maupun SMA. Menurut saya, justru masalahnya tidak terletak pada kegiatan Studytour itu sendiri, tetapi standar SOP Bus Indonesia yang kurang baik.

Sebagai pelajar, saya juga tidak asing dengan mode transport bus. Ketika melaksanakan Live-in, adapun salah satu Bus dari rombongan sekolah yang mengalami masalah pada mesin sehingga terpaksa untuk berhenti di tengah jalan tol. Pengalaman ini membuat saya sadar, bahwa sebetulnya masalahnya bukan pada study tour tetapi standar operasi bus Indonesia yang rendah. Masalah ini pun ditemukan pada kasus-kasus kecelakaan, yaitu:

  • Kualitas Pemeliharaan Rendah
    Menurut Penelitian oleh Trans Jogja Yogyakarta,ditemukan bahwa beberapa pengemudi tidak mematuhi SOP yang diterapkan oleh perusahaan karena kelelahan, jalanan kosong, dan kebiasaan.

  • Kurangnya pelatihan
    Penelitian oleh Pengelolaan Transportasi Umum Suroboyo Bus menemukan bahwa pelatihan safety riding bagi pengemudi bus sangat penting untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan, dan kesadaran mereka tentang keselamatan di jalan.

  • Regulasi kurang efektif
    Faktor ini menyebabkan bus tidak memenuhi standar keselamatan yang diperlukan. Laporan kecelakaan bus study tour SMK Lingga di Subang menemukan bahwa bus yang terlibat kecelakaan tidak memenuhi standar keselamatan yang diperlukan dan tidak memiliki dokumen kepemilikan yang valid.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline