Oleh Gregorius Racles Fharose X1/13
Jakarta sebagai ibu kota negara Indonesia sejak kemerdekaan, sekarang menghadapi masalah besar yang menantang keberadaanya di masa depan. Diakibatkan faktor internal dan juga faktor eksternal seperti global warming, Jakarta mulai mengalami banjir sejak 2 dasawarsa yang lalu. Sudah ada kewajiban serta aksi yang ditetapkan untuk menangani masalah tersebut dengan dibangunnya sebuah tembok laut di kawasan Jakarta Utara. Tetapi aksi dan kewajiban tersebut hanya sekedar solusi sementara terhadap masalah banjir ini.
Sejarah dan Penyebab Jakarta Banjir
Penyebab dari masalah ini, sebenarnya bermula dari masa kolonial Belanda. Daerah Jakarta sekarang, dibangun kanal-kanal atau kali yang digunakan untuk transportasi dan segregasi antar etnik. Segregasi tersebut memisahkan daerah Jakarta menjadi beberapa bagian atau kawasan-kawasan. Akibatnya, banyak penduduk pribumi tidak mendapat fasilitas seperti pipa air dan sumber air yang layak untuk digunakan sebab air di kanal-kanal kotor dan penuh dengan penyakit. Solusinya adalah menggunakan air tanah atau ground water. Air tanah adalah segala bentuk aliran air hujan yang mengalir dibawah permukaan tanah sebagai akibat dari gaya gravitasi bumi, struktur lapisan geologi, dan beda potensi kelembaban tanah (Asdak, 2002).
Dengan populasi Jakarta yang meledak maka penggunaan air tanah mulai bersifat eksesif dan eksploitatif. Air tanah banyak digunakan sebagai sumber air untuk warga dan untuk industri. Akibatnya tanah mulai memadat dan menurun dikarenakan akuifer di bawah tanah tidak dapat terisi penuh sebab penggunaan eksesif dan banyak bagian tanah yang tertutup oleh beton dan bangunan. Ditambah dengan perubahan iklim, mengakibatkan air laut naik dan menjadi salah satu faktor kenapa Jakarta mulai tenggelam.
Akibat Jakarta Banjir
Akibatnya dapat dilihat di beberapa tempat seperti Muara Baru. Sebelumnya ada Masjid Wal Adhuna yang banyak digunakan warga sekitar untuk beribadah. Tetapi sekarang masjid tersebut sudah tenggelam di sisi lain tembok laut Muara Baru. Banyak warga yang terlantar dan terpaksa untuk berpindah tempat dikarenakan banjir. Banyak dari mereka harus berpindah dan membangun rumahnya berulang kali. Masyarakat di sekitar daerah tersebut tidak dapat berpindah dengan gampang, sebab mayoritas merupakan nelayan yang mengharuskan mereka untuk tinggal dekat dengan laut.
Solusi