Nah apasih sitem paranoto mongso itu?
Pranoto mongso atau aturan waktu musim digunakan oleh para tani pedesaan yang didasarkan pada naluri dari leluhur dan dipakai sebagai patokan untuk mengolah pertanian. Berkaitan dengan kearifan tradisional maka pranoto mongso ini memberikan arahan kepada petani untuk bercocok tanam mengikuti tanda-tanda alam dalam mongso yang bersangkutan, tidak memanfaatkan lahan seenaknya sendiri meskipun sarana prasarana mendukung seperti misalnya air dan saluran irigasinya. Melalui perhitungan pranoto mongso maka alam dapat menjaga keseimbangannya.
Bagaimana pembagian musim pranoto mongso?
Pranotomongso membagi setahun dalam 12 mangsa yaitu kasa atau kaji (I), karo (II), katelu (III), kapat (IV), kalima (V), kanem (VI), kapitu (VII), kawolu (VIII), kasanga (IX), kasapuluh (X), dhesta (XI) dan saddha (XII). Pranotomongso juga dibagi menjadi empat musim besar yaitu: katigo (musim kering), labuh (musim sering turun hujan), Rendheng (musim banyak turun hujan), dan Mareng (musim peralihan kemusim kemarau).
Masing-masing musim tersebut dibagi lagi menjadi beberapa bulan yang berbeda. Musim katigo dibagi menjadi tiga bulan yaitu: Kaso (Kasa), Karo, dan Katigo (Katiga). Musim Labuh dibagi menjadi tiga bulan yaitu: Kapat, Kalimo (Kalima), Kanem. Musim Rendheng dibagi menjadi tiga bulan yaitu: Kapitu, Kawolu (Kawalu), Kesongo (Kasanga). Musim Mareng dibagi menjadi tiga bulan yaitu: Kesepuluh (Kadasa), Apit lemah (Hapitlemah), Apit Kayu (Hapitkayu). Setiap bulan tersebut memiliki petunjuk alam yang berbeda sebagai dasar untuk menentukan kegiatan dalam pengelolaan lahan mereka
Didesa saya tepatnya di kampung payung batu kec pubian kabupaten lampung tengah, masih cukup kental tradisi dari leluhur jawa, karena rata rata penduduk didaerah saya berasal dari jawa. Nah, masa bertani didaerah saya dibagi menjadi 3 masa yaitu masa rendeng ketigo dan labuh, saat musim rendheng petani didaerah saya menanam padi, kemudian disaat musim ketigo atau musim kemarau menanam jagung dikarenakan tanaman jagung yang tahan kekeringan, area persawahan tempat bertani didaerah saya cukup strategis karena cukup dekat dengan sungai maka dari itu para petani tidak takut akan kekeringan lahan. Nah setelah itu ada satu musim lagi yaitu musim labuh, saat musim labuh para petani menanam sayur sayuran seperti kangkung, bayam, sawi, mentimun dan lain lain.
Para petani diaderah saya masih cukup menjaga kelestarian tanah dilahan mereka, mereka masih cukup jarang menggunakan pupuk kimia dan pestisida yang berbahaya yang dapat mencemari lahan mereka. Mereka sadar bahwa penggunaan pestisida dan pupuk kimia dapat merusak tanah dan ekosistem yang berada disekitar lahan mereka sehingga berdampak buruk jika dilakukan.
Nah, mereka menanam padi untuk memenuhi kebutuhan pokok mereka, sehingga mereka tidak perlu mengeluarkan uang untuk membeli beras dipasar, kemudian pada masa kemarau mereka menanam jagung, hasil dari panen jagung tersebut langsung dijual kepengepul terdekat, keuntungan hasil panen tersebut digunakan untuk memenuhi kebutuhan mereka sehari, dan untuk sayur sayuran sendiri hasil panen dapat 'dikonsumsi sendiri dan dijual keyengkulak tengkulak pasar, sehingga dapat menambah ekonomi mereka.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H