Lihat ke Halaman Asli

Gregorius Aditya

TERVERIFIKASI

Brand Agency Owner

Dilema Industri Kreatif: Ketika Teknologinya Lebih Canggih daripada Sistemnya

Diperbarui: 29 November 2023   14:58

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi industri kreatif. (Sumber Gambar: Freepik.com via Kompas.com)

Beberapa waktu lalu saya sempat berdiskusi dengan rekan-rekan sekantor saya yang kebetulan adalah sesama pemilik usaha yang bergerak di industri kreatif meski dengan bidang keahlian masing-masing. 

Seorang rekan yang bergerak di bidang animasi bercerita tentang masalah yang terjadi di studio-studio animasi di Jepang, di mana bayaran animator-animator dan apresiasi kerja yang diterima amat rendah sementara terdapat tuntutan dan burnout yang luar biasa tinggi serta asosiasi yang kurang berjalan. 

Rekan lain yang bergerak di bidang ilustrasi dan komik juga bercerita akan kebingungannya bagaimana strategi membangun campaign dan kekayaan intelektual berikut segala masalahnya. 

Saya pun juga akhirnya turut nimbrung dengan keluh kesah saya sendiri di bidang branding yang mulai ada tuntutan akan adanya sales penjualan yang mana hal tersebut sedikit melenceng dengan bidang saya. 

Obrolan kami yang saling beradu curhat tersebut akhirnya membawa pada sebuah kesimpulan yang sama: industri Kreatif yang kami jalani ini produk dan teknologinya maju dan canggih, namun tidak dengan sistem dan manajemennya secara holistik.

Ilustrasi tentang industri kreatif. Sumber: ukri.org

Satu pertanyaan yang mungkin akan terlintas ketika membaca atau mendengar statement terakhir tersebut adalah "Bagaimana bisa?" 

Dari kacamata awam pikiran kita mungkin melihat bahwa industri-industri seperti Disney yang dapat sedemikian berkembang pesat seperti saat ini. Contoh-contoh seperti anime-anime Jepang maupun perusahaan-perusahaan seperti DreamWorks, Pixar, Nickelodeon, hingga kartun Upin-Ipin sekilas seakan-akan adalah bukti bahwa industri kreatif mampu berjaya dan mendapat tempat tersendiri di pasar. 

Namun hal semacam tersebut seakan menjadi "cover luar" saja baik di kalangan pekerjanya, sistem industrinya hingga manajemennya. Sebagaimana industri konvensional memiliki cerita "undercover"nya, di sini industri kreatif pun juga memiliki ceritanya yang tak kalah perlu mendapat perhatian. 

Beberapa contoh di atas yang dicurhatkan masing-masing rekan dan saya sendiri adalah contoh cerita dibalik layar. Hal-hal semacam eksploitasi, kesejahteraan, hingga momok kesehatan mental yang menghantui adalah sebagian dari penampakan "hilir" masalah yang lebih mendalam.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline