Di tengah perkembangan teknologi digital yang terus berkembang, teknologi lama mulai dilupakan dan dibuang. Namun bagi beberapa kelompok, tidak melupakan dengan asal usul teknologi menyimpan gambar, kamera film. Kamera film telah menjadi salah satu alat yang paling ikonik dalam dunia fotografi. Sejak diperkenalkan pada awal abad ke-20, kamera ini terus menarik perhatian fotografer di seluruh dunia.
Ketika seseorang mengangkat kamera film ke mata mereka, mereka tidak hanya menyiapkan alat untuk mengambil gambar; mereka juga memasuki sebuah ritual yang penuh makna. Setiap kali tombol rana ditekan, ada kesadaran akan keterbatasan-hanya ada sejumlah frame dalam rol film yang tersedia. Ini menciptakan hubungan yang lebih mendalam dengan objek yang dipotret.
Proses memotret menjadi lebih reflektif; setiap komposisi dan pencahayaan diperhatikan dengan seksama, seolah-olah fotografer sedang melukis dengan cahaya. Momen-momen yang diabadikan menjadi lebih berharga, karena setiap foto yang dihasilkan adalah hasil dari pemikiran, perasaan, dan waktu yang diinvestasikan.
Ketika membandingkan kamera film 35mm dengan kamera digital, terlihat perbedaan signifikan dalam pengalaman pengguna. Kamera digital menawarkan kenyamanan dengan kemampuan melihat hasil gambar secara instan dan kemudahan dalam pengeditan. Sebaliknya, kamera film 35mm menuntut ketelitian dan perencanaan. Setiap rol film terbatas, sehingga fotografer harus berpikir secara mendalam sebelum mengambil gambar, menciptakan keterikatan yang lebih dalam terhadap setiap momen.
Sebagai ilustrasi, proses pengambilan gambar di taman dengan kamera film dapat menggambarkan perbedaan ini. Seorang fotografer yang menggunakan kamera film akan mengamati pencahayaan dan komposisi dengan seksama, merasa tekanan untuk menghasilkan gambar yang memuaskan. Dengan jumlah frame yang terbatas, setiap klik rana menjadi keputusan yang penuh makna, menghasilkan foto-foto yang memiliki nilai lebih.
Contoh yang nyata dari keunggulan kamera film dapat dilihat dalam penggunaan film hitam-putih. Ketika seorang fotografer menangkap suasana senja di tepi danau dengan film hitam-putih, hasilnya seringkali menunjukkan kontras yang dramatis dan kedalaman emosional yang unik. Nuansa yang dihasilkan dari film tersebut menciptakan kesan yang tidak dapat dicapai dengan kamera digital.
Perasaan yang dibuat dengan menggunakan kamera film jauh berbeda dengan digital, dengan setiap kerangka foto dan komposisi yang tidak dapat dibuang buang memaksakan fotografer untuk lebih memperhatikan setiap aspek dari gambar yang diambil.
Dalam pandangan banyak penggemar fotografi, meskipun kamera digital lebih praktis dan efisien, pesona kamera film tetap tak tergantikan. Proses pengambilan gambar yang lebih lambat dan reflektif menciptakan kepuasan tersendiri. Setiap foto yang dihasilkan dari kamera film seringkali dianggap lebih berharga karena keterlibatan emosional dan proses kreatif yang menyertainya.
Pemotretan kamera film membawa suasana dan hasil yang tidak dapat disamakan dengan kamera digital, walaupun kamera digital bisa menggunakan filter dan mendekat dengan kamera film, namun tidak ada yang bisa menggantikan perasaan menggunakan kamera film. Kamera film lebih digunakan sebagai hobi dan gairah terhadap fotografi dan proses pemotretannya, akan tetapi secara keseluruhan lebih praktis menggunakan kamera digital.
Menggunakan kamera film dapat dianalogikan dengan membaca buku cetak dibandingkan dengan e-book. Meskipun ebook menawarkan kenyamanan dan akses cepat, membaca buku cetak memberikan pengalaman yang lebih mendalam dan intim. Begitu juga, proses fotografi film memberikan ritual dan keajaiban yang sering hilang dalam kemudahan fotografi digital.
Kamera film, dengan desain klasiknya, memancarkan aura nostalgia yang tak tertandingi. Badan metalnya yang kokoh terasa berat dan solid saat dipegang, memberikan kesan keandalan dan kualitas yang telah teruji oleh waktu.