Hidup di dunia bukanlah sebuah pilihan. Namun bagaimana kita hidup, adalah sesuatu yang harus kita pilih. Pertanyaan seperti; "apa yang akan saya lakukan setelah ini ?", atau "bagaimana saya dapat berguna untuk banyak orang ?". Pertanyaan -- pertanyaan itu sangatlah sering terlontar mungkin bagi banyak orang termasuk saya, seorang mahasiswa semester empat pada tahun 2020. Sedikit spoiler bahwa artikel ini akan menceritakan bagaimana sebuah pandemi dapat mengubah pola pikir dan kehidupan bagi penulis. Bukan maksud menggurui, penulis hanya ingin membagikan sedikit cerita kepada rekan -- rekan pembaca sekalian. Penulis yakin bahwa momen COVID -- 19 menjadi titik balik bagi beberapa rekan yang membaca artikel ini. Penulis berharap, teman -- teman dapat membagikan pula titik balik yang didapat semasa masa pandemi COVID -- 19 di kolom komentar.
- Beberapa Bulan Setelah COVID-19 : Fenomena Yang Menghasilkan Sebuah Ide
Senin, 2 Maret 2020 pemerintah Republik Indonesia mengumumkan bahwa virus COVID-19 telah masuk ke Indonesia. Untuk menanggulangi penyebaran virus COVID -- 19 semakin parah di Indonesia, pemerintah mengeluarkan putusan untuk melakukan karantina mandiri kepada seluruh rakyat Indonesia, hingga situasi membaik. Seperti yang rekan -- rekan pembaca ingat, bahwa karantina merupakan kegiatan yang mengharuskan kita untuk melakukan segala kegiatan dari dalam rumah, termasuk bekerja dan belajar.
Namun lepas satu bulan hingga dua bulan masa karantina mandiri, angka pasien COVID -- 19 semakin meningkat. Suara sirine senantiasa menghantui jalanan di dekat rumah saya, menandakan bahwa terdapat seseorang yang terpapar virus COVID-19 yang dibawa ke rumah sakit untuk diberikan penanganan. Tercatat bahwa per 17 Mei 2020, pasien yang mengidap COVID-19 di Indonesia sebanyak 17.580 jiwa, dengan 4.129 pasien sembuh dan 1.148 meninggal dunia (news.detik.com). Namun untuk beberapa hal, terdapat kondisi -- kondisi yang mengharuskan beberapa kegiatan tetap harus berjalan selayaknya kehidupan normal.
Pada bulan tersebut, untuk pertama kalinya penulis harus keluar dari rumah untuk melakukan sebuah pekerjaan. Penulis memiliki ketakutan yang sangat berlebih, ketika mengetahui harus keluar rumah di tengah -- tengah penyebaran virus COVID -- 19. Pada akhirnya penulis memutukan untuk menggunakan masker rangkap dua, dan senantiasa membawa hand sanitizer ketika penulis harus melakukan aktivitas di luar rumah.
Disamping melakukan pekerjaan, penulis juga menjadi seorang mahasiswa yang memiliki tanggung jawab untuk mengadakan acara Pengenalan Kehidupan Kampus bagi Mahasiswa Baru (PKKMB) Fakultas yang akan dilakukan pada bulan September 2020. Dalam keadaan normal, sewajarnya PKKMB diadakan secara luring agar mahasiswa baru dapat merasakan suasana kampus yang akan mereka tinggali selama mahasiswa baru berkuliah. Namun dengan adanya keputusan pemerintah Republik Indonesia untuk melakukan isolasi mandiri, membuat penulis sangat kebingungan untuk mengadakan PKKMB bagi kampusnya.
Ketika rehat dalam pekerjaan, penulis selalu merapat ke salah satu warung makan ramesan yang ada di daerah Lempuyangan. Terdapat sebuah fenomena yang cukup menarik ketika penulis makan siang di warung tersebut. Beberapa orang menyantap makan siang, sambil menyaksikan siniar video yang diproduksi oleh beberapa youtubers, dan juga beberapa artis ternama di Indonesia. Sungguh menakjubkan ! Orang -- orang yang menonton siniar tersebut, sangat antusias akan konten yang dibawakan oleh pemandu siniar. Bahkan tidak jarang orang -- orang tersebut terpengaruh dengan konten yang dibawakan dalam siniar tersebut.
Fenomena tersebut memberikan ide untuk PKKMB yang harus penulis laksanakan pada bulan September 2020. Terbesit dalam pikiran penulis, bahwa PKKMB mungkin akan berhasil apabila dikemas dalam sebuah acara siniar. Maka penulis bergegas untuk melakukan riset terhadap siniar -- siniar yang ditonton oleh banyak orang, sembari merancang proposal PKKMB kepada pihak kampus.
Namun kesulitan yang sebenarnya baru saja dimulai. Anggota Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Fakultas, Himpunan Mahasiswa Jurusan (HMJ), serta para anggota Kelompok Kegiatan Mahasiswa (KKM) fakultas saya, mayoritas meninggalkan kota Yogyakarta kembali ke daerah masing -- masing selama masa pandemi.
Membuat penulis cukup kesulitan untuk mencari rekanan dalam mewujudkan terselenggaranya PKKMB yang sedang saya rancang. Sembari penulis berusaha mencari jalan keluar terkait keanggotaan PKKMB yang harus dilaksanakan, penulis berkesempatan untuk mengikuti kegiatan yang diadakan oleh Fakultas selama pandemi COVID -- 19.