Kapel adalah sebuah bangunan kecil untuk beribadah, khususnya umat Kristen. Tidak seperti gereja, kapel bisa ditempatkan dimana-mana baik di rumah sakit, kantor, dan sekolah.
Kolese Kanisius merupakan salah satu sekolah tertua di Jakarta. Sejak tahun berdirinya di 1927, sekolah tersebut sudah berdiri untuk hampir satu abad. Dalam sejarahnya, Kanisius telah melalui berbagai masa-masa penting dalam sejarah Indonesia seperti pendudukan Jepang dan kemerdekaan. Bahkan, Kolese Kanisius pernah dijadikan sebagai tempat singgah oleh pasukan NICA di Menteng Raya.
Sebagai institusi pendidikan yang dikelola oleh Jesuit, Kolese Kanisius telah menjadi garda terdepan dalam hal pembentukan karakter. Ketegasan pendidikan di Kolese Kanisius tidak dapat dibandingkan dengan sekolah lain, sehingga sekolah katolik ini terkenal akan komitmen dan integritasnya. Salah satu wujud dari integritas ini adalah larangan menyontek, siswa yang terdapat melakukan aksi tersebut akan langsung dikeluarkan dari sekolah. Yayasan Budi Siswa, pengelola Kanisius, juga memastikan pendidikan karakter ini diimbangi dengan aksi nyata melalui berbagai kegiatan sekolah.
Untuk menghasilkan pemimpin yang berdiskresi, tentu banyak perubahan terjadi guna memfasilitasi para murid. Berbagai upaya telah dilakukan dari tahun ke tahun untuk meningkatkan kualitas fasilitas sekolah demi menjunjung pendidikan yang modern. Perubahan tersebut dapat berupa hal kecil seperti perubahan fungsi ruangan kelas, atau yang besar seperti pembangunan gedung baru. Jika dibandingkan dengan berbagai foto-foto lama, fasad awal Kolese Kanisius semakin hari semakin terkikis. Namun, dari semua itu ada suatu hal yang konstan yaitu Kapel Kanisius. Bisa dikatakan bahwa Kapel Kanisius merupakan detak jantung dari sekolah ini, memberikan sumber semangat batin bagi para Kanisian ditengah kesibukan yang ada.
Sejarah Singkat Kapel Kanisius
Menurut halaman Instagram resmi Kolese Kanisius, Kapel Kanisius sudah berdiri setidaknya sejak 1940. Terdapat sedikit sumber tentang siapa yang mendirikan kapel tersebut, hanya saja peresmiannya berlangsung bersamaan dengan transisi menuju kepemimpinan pater R.P. van den Linden, S.J. Uniknya, hal ini menandakan bahwa kapel tersebut dibangun kemudian selama evolusi sekolah. Tidak banyak yang diketahui tentang nasib Kapel Kanisius selama Perang Dunia ke-2. Maka dari itu, bisa diasumsikan bahwa bangunan kapel dibuka kembali di tahun 1949, bersamaan dengan seisi sekolah.
Sejumlah renovasi telah dilakukan pada bangunan kapel. Namun, sebagian besarnya adalah perubahan pada bagian interior. Tercatat sudah terjadi dua kali perombakan ulang plafon, yang pertama di tahun 1988 dan kedua di tahun 2017. Kapel Kanisius juga mengalami renovasi total pada tahun 2015 yang dimana bangunan tersebut mengalami pembaharuan struktural dengan sedikit perubahan fisik. Hingga saat ini, Kapel Kanisius tetap berdiri kokoh dan tidak berbeda jauh dengan wujud aslinya.
Untuk Kedepannya
Kapel Kanisius mempunyai beberapa tantangan di masa yang akan datang. Sebagai salah satu warisan budaya, sudah selayaknya bangunan ini dirawat sebaik mungkin dalam kondisi prima. Bangunan ini bisa diibaratkan sebagai kakek tua yang menanggapi perubahan dunia di sekitarnya. Seperti kakek tua, Kapel Kanisius terjebak di masa lalu dan menikmati hari tuanya. Dunia disekitarnya mungkin berubah, teknologi lama digantikan oleh yang baru. Akan tetapi, kakek tersebut tidak terlalu peduli akan hal itu dan bersedia menerima orang-orang muda yang mau datang kepadanya untuk mendengar nasihat. Layaknya kakek tua, Kapel Kanisius menjadi tempat untuk orang muda menemukan kedamaian dalam batin mereka di sela waktu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H