Jurnalisme Masa Lampau
Sebelum memasuki era digital, penonton secara pasif hanya menerima pesan yang disuntikkan oleh media massa. Sehingga di masa lampau berlaku Bullet Theory di mana informasi yang ditayangkan media seakan sebuah peluru yang ditembakkan dan langsung masuk ke pikiran kita, kemudian juga Hypodermic Needle Theory di mana kegiatan menyalurkan informasi seakan menyuntikkan obat dengan jarum yang langsung terproses dan diterima tubuh kita tanpa bisa kita sebagai penerima memberikan umpan balik.
Jurnalis di masa lampau pada umumnya hanya mencari dan memaparkan fakta saja kepada khalayak tanpa memikirkan bentuk pengemasan menarik sehingga cenderung membosankan. Di masa lampau, berita hanya disebarkan melalui surat kabar pada awalnya yang kemudian mulai berkembang dan mucnul media lain seperti radio, televisi dan majalah.
Terdapat dua tipe kegiatan jurnalistik masa lampau:
- Reportase Investigasi
Reportase investigasi atau biasa disebut jurnalisme investigasi adalah teknik pencarian berita yang diperoleh dengan basis penelitian dan penyelidikan mendalam dan rinci dari berbagai pihak mengenai suatu fenomena atau kejadian. Jurnalisme investigatif mendapatkan informasi dengan menggunakan database, arsip, sumber penelitian dan wawancara.
- Koran Kuning
Koran kuning atau juga dikenal dengan sebutan yellow journalism, merupakan pemberitaan yang bersifat sensasional dan bombastis. Sering juga disebut sebagai urnalisme kuning, adalah adalah opini bias yang menyamar sebagai fakta objektif. Sekarang ini jurnalisme kuning sering disebut sebagai jurnalisme tabloit. Jurnalisme kuning sangat populer karena banyak pengusaha ingin mendapatkan keutungan apalagi dengan ditunjang adanya mesin cetak yang mampu mecetak dalam waktu singkat, kemudian media mencari popularitas dengan menyajikan berita-berita sensasional.
Jurnalisme Masa Kini
Dalam jurnalisme masa kini, jurnalisme interaktif perlahan-lahan bergerak ke model horisontal transaksional. Penonton juga menjadi komentator; mereka perlahan menjadi pengawas untuk setiap informasi yang diterbitkan oleh media dan juga mereka ikut berkontribusi menjadi pembuat berita (citizen journalism). Mengubah definisi "pers", yang mana pers sejatinya dijalankan oleh orang-orang yang secara khusus bekerja di industri media.
Pengumpulan berita pada era ini dilakukan dengan cara melakukan pemantuan pada website, dari ruang berita dan informasi yang diberikan seseorang pada media. Selain itu juga melakukan pengamatan di koran dan televisi dan melihat blogger serta memonitor situs web online sebagai sumber mereka untuk berita. Sehingga terdapat tuntutan bagi para jurnalis untuk memiliki kemampuan di bidang multimedia.
Dengan kata lain web telah menjadi bagian penting dalam jurnalisme masa kini. Wartawan menggunakan web untuk menemukan informasi pemerintah, menggunakan mesin pencari dan indeks, menemukan informasi yang sulit ditemukan, mengidentifikasi sumber potensial, untuk memberikan kedalaman dan konteks dalam cakupannya. Selain menggunakan internet untuk mengumpulkan bahan berita mereka juga menggunakan internet untuk mempublikasikan berita yang mereka buat ke internet.
Publikasi berita tidaklah terlalu berbeda dengan di masa lampau yaitu melalui koran, majalah, televisi dan radio, hanya saja terdapat kemunculan cara baru untuk mempublikasikan berita, yaitu melalui jurnalisme online.