Lihat ke Halaman Asli

Gregorius Nafanu

TERVERIFIKASI

Pegiat ComDev, Petani, Peternak Level Kampung

Memang Ada yang Konsumsi Serangga dan Ulat Sagu, Namun Sulit Masuk Menu MBG

Diperbarui: 31 Januari 2025   21:58

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Belalang goreng. (Shutterstock/Faiz Dilla via Kompas.com)

Kepala Badan Gizi Nasional (BGN) Dadan Hindayana telah mewacanakan serangga dan ulat sagu dalam menu makan bergizi gratis (MBG). Pernyataan tersebut, viral diberitakan media seperti dilansir kompas.com (26 Januari 2025) dan media lainnya.

Wacana ini disambut dengan berbagai tanggapan, pro dan kontra. Masing-masing mencoba mengemukakan alasan yang dapat diterima dengan akal sehat. 

Mengapa Pro

Kelompok yang menerima ide memasukkan serangga dan ulat sagu dalam menu MBG memiliki beberapa alasan. Setidaknya ada tiga alasan yang dikemukakan kelompok yang pro.

Ilustrasi menu makanan serangga masuk progra makan bergizi gratis oleh kepala Badan Gizi Nasional (dok foto: CNN Travel via kompas.com)

1. Sudah biasa dikonsumsi

Ada serangga dan ulat tertentu yang dapat dikonsumsi oleh masyarakat di daerah tertentu. Jadi bukan isu baru jika memang mau dimasukkan dalam daftar menu MBG.

Dari beberapa penelusuran serangga yang paling banyak dikonsumsi adalah belalang. 

Di Gunung Kidul Yogyakarta dan di NTT, ada penduduk yang mengkonsumsi belalang. Di Papua, warganya mengkonsumsi ulat sagu. Sedangkan warga di NTT biasa konsumsi ulat dari bambu dan pohon turi. Sementara, ada serangga lain yang masih bisa dikonsumsi seperti semut rang rang dan laron.

Dari situlah, dianggap bahwa belalang dan ulat sagu bisa dijadikan sebagai menu MBG untuk daerah yang memang penduduknyq terbiasa mengkonsumsinya.

2. Tinggi protein

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline