Lihat ke Halaman Asli

Gregorius Nafanu

TERVERIFIKASI

Pegiat ComDev, Petani, Peternak Level Kampung

Menyoal Susu, Sapi Perah dan Ikan Kaleng Kemasan dalam Program MBG dan MSG

Diperbarui: 19 November 2024   09:32

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pengembangan sapi perah di Indonesia, dapatkan menenuhi kebutuhan dalam negeri? (dok foto: deheus.id)

Wacana pemanfaatan susu ikan, ikan kaleng, susu sapi impor,  dan sapi perah impor dari luar negeri hingga kini masih saja diperbincangkan. Ada pro dan kontra, terutama terkait bagaimana cara mendapatkannya.

Penyebabnya karena Pemerintah berencana untuk memanfaatkan produk-produk ini dalam kaitan dengan Program Makan Bergizi Gratis (MBG) dan Minum Susu Gratis (MSG)

Program MBG dan MSG  yang digulirkan oleh Pasangan Presiden Prabowo Subianto dan Wapres Gibran Rakabuming Raka pada kampanye Pilpres 2024 masih saja hangat diperbincangkan. 

Dari berbagai berita yang mengemuka, perbincangan publik terhadap program ini bukan mengenai sasarannya tetapi lebih kepada menu makanan, khususnya bagi anak-anak sekolah yang menjadi salah satu sasaran program.

Sekedar untuk diingingat kembali bahwa  program MBG yang rencananya mulai diimplementasikan pada tahun 2025 nanti menyasar beberapa kelompok yang dianggap tepat untuk mendapatkan asupan gizi melalui program bantuan.

Kelompok pertama adalah anak-anak sekolah mulai dari Pendidikan anak usia dini (PAUD), pendidikan dasar (SD/sederajat) dan pendidikan menengah (SMP dan SMA/SMK/sederajat). 

Kelompok kedua adalah anak-anak di bawah umur lima tahun (Balita). Kemudian sasaran lainnya adalah dari kelompok ibu hamil (bumil) dan ibu menyusui (busui). 

Sasaran penerima manfaat program Makan Bergizi Gratis (MBG) dan Minum Susu Gratis (MSG) nampaknya sudah dianggap tepat. Tidak ada yang menmpersoalkannya. 

Sementara yang masih banyak diperbincangkan dan menimbulkan pro dan kontra adalah soal menu makanan dan sumber anggaran untuk mengeksekusi mega proyek tersebut.

Setelah dikalkulasi kuantitas dan kandungan gizi dalam setiap porsi makanan, disinyalir kalau kebutuhan produk tersebut tidak bisa dicukupi dari dalam negeri saja.

Dari situ, muncullah alternatif-alternatif untuk mencukupinya, baik yang bersumber dari dalam negeri maupun membuka kran impor.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline