Ada hal menarik yang dikemukakan dalam acara temu media yang diselenggarakan oleh Balai Penjamin Mutu Pendidikan atau BPMP Provinsi NTT di Kota Kupang pada hari Selasa, 15 Oktober 2024.
Hasil temu media tersebut mengungkapkan temuan, banyak mahasiswa NTT yang belum lancar membaca yang mana menunjukkan bahwa kemampuan literasi di NTT begitu rendah.
Demikian dirilis oleh kompas.id (Selasa, 15 Oktober 2024).
Realita ini hendaknya menjadi perhatian yang serius. Salah satunya adalah melakukan penguatan literasi sejak dini melalui pendidikan dasar.
Dalam pemaparannya, Kepala BPMP NTT Herdiana mengungkapkan beberapa fakta yang diambil dari laporan World Literacy Foundation tahun 2023.
Dalam laporan tersebut ditemukan bahwa kerugian yang timbul akibat rendahnya literasi di Indonesia mencapai Rp 209 triliun. Negara Indonesia menempati urutan kedua setelah Meksiko yang kerugiannya sekitar Rp 300 triliun.
Sementara bagi Provinsi NTT, menurut dia, capaian literasi pada tingkat SD masih terus dikuatkan. Dari total 5.215 SD sebanyak 1.381 masuk kategori baik, 1.457 kategori sedang, dan 2.184 kategori rendah.
Adapun tindakan yang dilakukan pihak BPMP NTT di tahun 2024 adalah melakukan intervensi penguatan literasi pada 10 dari total 22 kabupaten/kota.
Sudah ada 1.457 sekolah yang menjadi sasaran dengan jumlah peserta didik lebih kurang 131.000 orang. Demikian disampaikan oleh Herdiana yang ditulis oleh kompas.id.
Sebenarnya, contoh kasus kemampuan pelajar di NTT yang masih kurang lancar dalam hal membaca tak hanya di level mahasiswa. Di tingkat SMA pun masih banyak yang pelajarnya tidak lancar membaca.