Kehadiran sampah di sekitar kita kian mengkhawatirkan. Plastik dan sedotan minuman bekas pakai sering kali langsung dibuang begitu saja usai menggunakannya.
Belum terhitung botol atau gelas plastik bekas air kemasan, kulit permen, biskuit, dan aneka bungkusan camilan lain yang bisa kita jumpai di sekitar.
Parahnya lagi, ada yang membuang sampah di pinggir jalan atau di tanah-tanah kosong. Pempres, pembalut, sisa makanan, bercampur dengan pecahan beling dan kaleng bekas.
Tidaklah mengherankan, jika ada binatang yang mengais-ngais onggokan sampah tersebut. Menimbulkan aroma tak sedap bagi orang di sekitar.
Jutaan ton sampah Indonesia tak terkelola
Merujuk pada data Sistem Informasi Pengolahan Sampah Nasional (SIPSN) Kementerian LHK yang disajikan dalam kompas.com, sebanyak 11,3 juta ton sampah di Indonesia tidak terkelola dengan baik (hingga 24 Juli 2024).
Sampah yang tidak dikelola dengan baik tersebut dikarenakan semakin bertambahnya jumlah penduduk, kurangnya tempat pembuangan sampah, dan perilaku sebagian orang membuang sampah secara sembarangan.
Disampaikan pula, bahwa komposisi sampah sebelum dipilah adalah organik 40-45%. Sedangkan sampah anorganik mencapai 55-60 persen.
Setelah dipilah, komposisi sampah organik mencapai 90-95%. Sementara sampah anorganik tinggal 5 hingga 10 persen.
Sampahku tanggung jawabku, dimulai dari rumah
Mungkin terlihat sepele. Tetapi membiasakan anggota rumah tangga untuk disiplin terhadap pengelolaan sampah adalah suatu tantangan tersendiri.
Memerlukan kesabaran dan upaya penyadaran terus-menerus agar seluruh anggota keluarga dapat bertanggung jawab terhadap sampah produksinya sendiri: sampahku, tanggung jawabku
Salah satu hal penting untuk mulai mengelola sampah di rumah tangga adalah melibatkan anak-anak melalui kegiatan memilih dan memilah sampah di sekitar rumah dan pekarangan.
Mengajak anak untuk memilih dan memilah sampah di sekitar pekarangan rumah merupakan langkah yang baik untuk mengajarkan kesadaran lingkungan sejak dini.