Mertua idola dan menantu keren, membangun relasi yang harmonis dengan tetap saling menghormati. Apa bisa ya? Bisa sih, tetapi butuh proses dan keikhlasan hati.
Membangun chemistry menantu dan mertua itu butuh proses. Sebagian mungkin mudah saja, tetapi orang lain butuh waktu yang lumayan lama untuk bisa membangun relasi yang harmonis.
Berikut ini cerita tentang seorang anak mantu yang mulanya ditolak tetapi menjadi anak mantu yang disayang sama mertua.
Ini bukan pengalaman kami pribadi tetapi berdasarkan apa yang aku lihat dengan kakak ipar, isteri dari kakak kandung nomor tiga.
Soalnya waktu kami menikah, orang tua masing-masing kedua pihak sudah almarhum kecuali ayah saya. Itu pun tinggalnya berjauhan.
Cerita yang saya bagikan ini adalah berdasarkan apa yang terlihat bagaimana seorang isteri 'menaklukkan hati' dan kemudian bisa mengatur kehidupan dalam rumah tangga.
Kami adalah 12 bersaudara, 7 laki-laki dan 5 perempuan. Di dalam keluarga, ibu sangat kuat untuk mengatur rumah tangga. Sementara ayah lebih lembut namun tetap tegas menjadi kepala keluarga.
Ayah tak pernah memukul kami. Paling tinggi, disuruh berlutut atau ia meninggikan suaranya saja kami sudah tahu kalau ayah sedang marah.
Sementara ibu suka menjewer kuping. Kadang-kadang merotani kami dengan sapu lidi. Saya pernah dipukul pakai sapu lidi sewaktu jatuh dari atas pohon ceremai. Sudah sakit di kaki, kena gebuk lagi.
Tetapi ibu itu berhati emas. Berkat didikannya, anak-anaknya bisa hidup mandiri. Sudah pandai memasak, mencuci pakaian sendiri sejak masih kecil.