Apa bisa puasa media sosial alias medsos di tengah banyaknya kebutuhan akan informasi dan komunikasi?
Banyak sekali aktivitas komunikasi dan mencari informasi dilakukan via media sosial. Menyampaikan dan menerima pesan singkat, telpon, menonton film kesukaan, up load atau download sesuatu.
Belum lagi mengikuti banyak grup medsos yang anggotanya pada aktif mengirimkan pesan, forward sesuatu yang dianggap layak untuk diteruskan, de el el.
Terus, jika tadinya termasuk super aktif atau lumayan aktif di grup lalu tetiba jadi diam saja, apa tak akan diberondong sama sohib-sohib se-grup medsos?
Ah, itu mah urusan mereka. Toh, tak sampai keluar dari grup namun menurunkan status saja. Dari yang tadi tergolong aktif menjadi tak aktif saja.
Nah, agar tak aktivitas penggunaan medos berkurang maka perbanyak lagi aktivitas lain, menjalankan hobi.
Di rumah, bermain sama anak-anak, belajar memasak, dan bertanam bunga. Menata halaman biar tampak lebih indah, hijau, dan asri tanpa harus menyewa tukang profesional.
Lalu jalan jalan sore alias JJS bersama keluarga sambil berburu takjil, atau olahraga kecil-kecilan di lapangan umum.
Jadinya penggunaan medos menurun, quality time dengan keluarga bertambah. Asyik!
Kalau di tempat kerja, ya kerja. Manfaatkan media sosial yang standar saja, WA sama atasan dan grup kerja. Yang lain tak usah diiintip dulu. Sesuai dengan regulasi di tempat kerja.
Memang sih, memerlukan perjuangan besar untuk melakukannya. Saya pribadi, puasa seratus persen sih belum mampu. Paling banter, ya mengurangi aktivitas penggunaannya.
Yuk, Kita Coba!
Kalau tidak mencoba, bagaimana tahu berhasil atau tidak? Dan kalau berhasil, tentunya perlu dipertahankan. Kalau belum, perlu juga dievaluasi kegagalannya dimana.
Banyak orang yang ternyata bisa melakukan puasa media sosial meskipun kebutuhan akan informasi dan komunikasi tetap penting.