Memilih seseorang yang secara administratif telah lolos dan namanya tertulis dalam lembaran surat suara itu berpulang kepada setiap pemilih. Hak yang tak boleh diintervensi oleh siapapun. Makanya, mengapa proses pemilihan dilakukan secara sendiri-sendiri di dalam bilik suara.
Benar. Namun perlu diingat bahwa tidak ada manusia yang hidup sendiri-sendiri dalam konsep kehidupan berbangsa dan bernegara. Pilihan individu-individu yang dilakukan di TPS, direkap dan diakumulasi lebih lanjut dalam perhitunga Dapil yang kemudian menentukan perolehan suara terbanyak.
Saat ini, nama caleg secara administratif telah disahkan oleh KPU untuk ikut berkontestasi dalam Pemilu Legislatif, 14 Februari 2024 mendatang. Namun dalam perjalanannya, beberapa terkena masalah. Ada yang terkait judi online, korupsi, atau tindakan asusila anggota keluarga yang mau tidak mau berpengaruh pada si caleg.
Lalu apa yang perlu dilakukan agar tidak masuk dalam jebakan batman? Jalan terbaik adalah melihat treck record si Caleg. Tidak terlalu sulit untuk bisa menemukan sepak terjang caleg yang ingin kita pilih.
Media sosial, media-media lokal, dan media nasional dapat dijadikan rujukan untuk mengecek treck record si Caleg. Namun perlu diverifikasi, terutama berita-berita yang berseliweran di media sosial. Perlu memfilter, mana berita yang benar, mana yang hoax, masuk kategori negative campaign atau black campaign.
Politik Uang, Sesuatu yang Dianggap Saling Menguntungkan
Menjelang, saat dan sebelum surat suara disahkan, seringkali beredar berita tentang money politics atau politik uang. Bermacam-macam pula cara para caleg dan tim suksesnya memanfaatkan peluang curang dan manipulatif ini.
Saat ini, money politics lumayan bervariasi. Ada yang mengelolanya lewat bantuan beras dan bahan makanan pokok lainnya. Sambil memberi bantuan, saat itu pun mengajak si penerima untuk mencoblos nama Caleg. Tentu saja di dalam bantuan tersebut, diselipkan kartu nama, petunjuk mencoblos yang bersangkutan.
Selain dalam bentuk sembako, bentuk money politics pun bisa dikucurkan lewat kelompok-kelompok. Memberikan alat-alat pertanian seperti traktor, mesin panen padi, perahu motor, membuat lapak-lapak bagi pedagang, dan sebagainya.
Jika tidak dalam bentuk barang, maka disalurkan dalam bentuk uang kas yang diisi di dalam amplop. Jumlahnya bervariasi. Biasanya dihitung per keluarga. Misalkan setiap pemilih diharga dengan Rp 100.000, maka satu keluarga yang memiliki anggota 5 pemilih bakal menerima IDR 500.000.
Para pemberi amplop serangan fajar ini biasanya bergerak dengan diam-diam. Iyalah, kalau ribut yang pasti kena tangkap. Mereka bergerak cukup rapi.