Kala Buku, Kala Gramedia. Siapa yang pernah berkunjung ke toko Gramedia pastinya akan mendengar kata-kata ini. Apalagi di era 1990-an hingga tahun 2000 sebelum dunia digital dan online merajalela seperti sekarang.
Barangkali saya cukup bercerita saja tentang bagaimana peran Gramedia bookstore bagi kebanyakan pelajar dan mahasiswa di jaman itu. Terus-terang, saya baru mengenal toko buku ini ketika mengawali kuliah di Bogor, tahun 1993. Barangkali banyak pembaca yang saat itu belum lahir, atau masih bayi ya.
Gramedia, benar-benar menjadi tempat nongkrong kami yang menyenangkan. Bisa numpang membaca buku-buku favorit hingga tamat. Caranya, hari ini baca satu atau dua bab kemudian dilanjutkan besok harinya saat pulang kuliah. Hitung-hitung cuci mata sambil membaca buku gratis. Buku-buku keluaran baru.
Selain novel, buku-buku yang sering saya dan teman-teman baca adalah terkait dengan pertanian, biografi pemimpin, politik dan ilmu pengetahuan terbaru. Termasuk melihat ensiklopedia yang ada. Hitung-hitung sekalian mengerjakan PR.
Dari itu, saya merasa paling tidak ada tiga hal khusus yang menjadi ciri khas Gramedia bookstore, memanjakan pengunjung dan menyediakan buku yang lengkap dan bervariasi. Juga karyawannya sabar dan ramah-ramah.
Memanjakan Pengunjung
Kesan pertama saat berkunjung ke toko ini adalah seperti memanjakan para pengunjungnya. Sekalipun banyak pengunjung, tidak ada kesan ramai dan grasa-grusu. Adem suasananya. Musik terdengan stereo, lebih banyak instrumennya. Sesekali diselingi dengan promosi buku atau event yang dilaksanakan oleh Gramedia untuk periode tertentu.
Saya masih ingat, ada beberapa kursi disediakan untuk duduk. Biasanya dimanfaatkan oleh pengunjung untuk membaca doang. Tetapi kursi yang terbatas itu jarang ada yang kosong. Yang lainnya membaca sambil berdiri atau jongkok, terserah kenyamanan dan tidak mengganggu pengunjung lainnya.
Saya dan beberapa teman menjadikan Gramedia sebagai tempat perpustakaan kala itu. Menumpang baca saja. Apalagi novel atau buku-buku ilmu pengetahuan yang memang harganya mahal bagi kami, mahasiswa kategori berkekurangan waktu itu.
Perihal numpang membaca buku favorit. Pernah sekali saya dan teman pulang dari kuliah, lalu mampir untuk sekedar 'ngadem' sambil melanjutkan novel kesukaan yang belum selesai.