Perjalanan hidup seseorang tidak dapat ditebak. Termasuk dengan siapa ia akan membentuk keluarga baru dan menetap dimana setelah itu. Ada yang menikah dan tinggal di daerah kelahirannya.
Ada juga yang merantau, bertemu jodoh dari suku atau bangsa lain. Lalu tinggal di daerah baru. Belajar dan beradaptasi dengan budaya setempat.
Saya mencontohkan diri sendiri. Bukan bermaksud untuk flexing sih. Lagian, apa yang dipamerin? Tak ada, selain diri ini.
Saya berasal dari suatu kampung mun jauh di pelosok sana. Saat itu masih sulit dijangkau dengan kendaraan. Kemana-mana mengandalkan kaki. Kadang naik kuda.
Penerangan hanya menggunakan lampu minyak tanah. Paling banter hanya petromax. Itu pun ketika ada acara yang lumayan besar di malam hari.
Anak-anak yang hendak melanjutkan sekolah SMP, akan keluar dari kampung. Merantau mengikuti ketersediaan fasilitas sekolah yang hanya ada di kota.
Saat menamatkan sekolah, banyak dari anak perantau ini tak kembali ke kampung halaman. Mereka berjuang di rantau untuk hidup mandiri.
Tak jarang, ada yang kemudian putus hubungan dengan keluarga besar di kampung asalnya. Tidak berkeinginan untuk menengok kampung halamannya lagi.
Anak-anak pun tumbuh dan tak tahu asal muasal mereka. Hanya tahu bahwa orang tua berala dari kampung anu, tetapi tidak bisa banyak bercerita.
Wajib ke Kampung Bersama Anak-anak
Setiap tahun, biasanya pada awal November kami akan berlibur ke kampung. Sebab di saat itu, anak-anak di Kota Kupang libur sekolah beberapa hari. Minimal libur pada tanggal 1-3 November.