Bandung dulu baru Jakarta
Senyum dulu baru dibaca!
Aku bertemu dengannya secara tidak sengaja. Saat hendak membayar hasil print out tugasnya di kasir rental komputer milikku.
Biasanya, adikku yang menjaga rental kami. Namun karena ia harus kuliah malam hari ini, maka kugantikan posisinya menjaga rental yang telah kubangun susah payah sejak tiga tahun yang lalu.
Disodorkannya setumpuk hasil print out untuk membayar. Kuterima dan kuhitung, berapa yang harus dibayarnya. Kuraih nota dan menuliskan angka Rp 115.000 di dalam nota.
Kulihat wajahnya memerah saat menerima sodoran nota tersebut. "Kang, aku tinggalkan dulu karena uangnya nggak cukup", katanya dengan pelan, namun terdengar jelas dan merdu.
Sejenak kuangkat kepala, menatapnya dan tersenyum. Dan di saat bersamaan kami berpandangan. Mata ketemu mata dan Serr..., ada desiran aneh mengalir hingga ke hati ini.
Kuterima sodoran kertas print out itu. Kubaca lembar pertama. Namanya Indah Eriyanti, jurusan Agribisnis, Fakultas Pertanian pada salah satu Perguruan Tinggi Negeri di Bogor.
Ah, nampaknya Indah sedang berjuang untuk menyelesaikan skripsinya. Sebagai salah satu syarat akhir untuk meraih gelar sarjana pertaniannya.
Kukembalikan kertas-kertas miliknya. "Bawa saja dan bisa dilunasi besok atau lusa kok", kataku sambil tersenyum padanya. Tanpa banyak basa-basi, Indah menerima berkasnya lalu mengucapkan terima kasih dan pergi.