Belalang sembah, disebut pula sebagai belalang sentadu. Penduduk Kota Kupang di NTT menamakannya Doko-doko. Hewan ini dikenal dengan nama ilmiah Mantodea dyctyoptera. Kehadiran mereka sangat membantu petani sebab si Doko-doko ini menjadi predator bagi beberapa hama tanaman.
Pagi ini, seekor belalang sembah kecil menempel di punggung teman saya seusai kami keluar dari kebun kopi. Rupanya si kecil ini mencoba berpindah tempat dan ternyata yang disasar bukan tanaman di kebun. Alhasil, ia menjadi penumpang gelap di sekitar baju rekan tadi.
Karena ada sesuatu yang mengganjal di belakang, maka sahabat saya menggerakkan tangannya dan seketika sentadu kecil berwarna cokelat itu pun jatuh ke tanah. Dan secara refleks ia hendak mematikan makhluk tak bersalah itu.
"Bro..., jangan dibunuh. Berikanlah kesempatan kepadanya untuk hidup sebab mungkin dia berpikir, dirimu itu sama dengan pohon kopi," Selorohku sambil mengamati sentadu kecil yang terjatuh ke tanah. "Lagi pula dia tak bisa membedakan mana pohon dan mana badanmu," Demikian saya berteriak mengingatkan sahabat tadi.
"Kenapa tak boleh membunuh belalang ini?" Tanya temanku dengan penasaran. Lalu saya pun menjawabnya, bahwa paling tidak ada dua alasan untuk tidak mematikan si sentadu kecil tadi.
Pertama, kita telah memasuki habitat mereka dan mengusik ketenangan makhluk hidup yang ada di sana, termasuk belalang sembah tadi.
Kedua, belalang sembah ini adalah sahabat petani, sebab mereka adalah musuh alami yang berfungsi sebagai predator beberapa hama pengganggu tanaman di kebun.
Peran Belalang Sembah Sebagai Predator Hama
Belalang sembah memiliki habitat yang lumayan luas. Kehadiran mereka, seringkali berkaitan dengan banyaknya mangsa yang ada di sekitar. Suka hidup di semak-semak, di kebun yang sedang ditumbuhi aneka tanaman, sawah dan di pepohonan. Beberapa diantaranya, hidup dengan menyamarkan warna sesuai dengan alam untuk menjebak mangsanya.