Pa'piong. Pernahkah sahabat mencoba untuk menikmatinya? Makanan khas Nusantara ini berasal dari Toraja, Sulawesi Selatan. Bisa dimodifikasi layakanya masakan barbeque di akhir tahun.
Pa'piong dimasak dalam buluh bambu. Dikerjakan secara beramai-ramai, dan makannya pun beramai-ramai. Cocok untuk sajian malam tahun baru 31 Desember 2022. Kegiatan bersama di alam terbuka seperti di lapangan atau tepi pantai. Juga dapat dijadikan sebagai menu pilihan keluarga yang di sekitar pekarangan.
Pengetahuan saya terhadap masakan Pa'piong ala Toraja belumlah lama. Sekira tahun 2012, ketika di Wetar, Maluku Barat Daya waktu itu. Beberapa teman kerja asal Toraja, suka sekali mengajak kami untuk membuat masakan ini.
Ternyata, menyiapkan alat dan bahan untuk masakan ini adalah sesuatu yang sangat menyenangkan. Sebabnya, dikerjakan secara beramai-ramai setelah jam kerja usai. Dan, tentunya termasuk mencicipi hasil kerja ketika dirasa ada yang sudah bisa dicicipi.
Sebelum mengolah bahan-bahannya, hal pertama yang perlu disiapkan adalah memotong-motong bambu. Di dalam potongan-potongan bambu inilah, makanannya akan dimasak. Atau lebih tepatnya, dibakar. Sehingga kami lebih suka menamakannya bambu bakar.
Bahan-bahan Pa'piong
Bahan utama masakan ini adalah daging. Kami biasa memasak B2, apalagi celeng hutan yang sering dijerat oleh penduduk lokal setempat.
Namun bagi keluarga dan sahabat yang tidak diperbolehkan untuk mengkonsumsi B2 karena larangan agama atau karena alasan kesehatan, bisa menggunakan daging ayam, daging sapi, kambing atau ikan mas.
Potongan daging ini kemudian dicampur dengan parutan kelapa yang telah terlebih dahulu dicampurkan dengan bumbu-bumbu. Lumayan banyak bumbu yang dipakai. Kami punya peracik khusus, asli Toraja. Takarannya hanya berdasarkan feelingnya saja. Namun masakannya selalu habis, ludes.
Adapun bumbu-bumbunya adalah cabai. Jika ingin masakan menjadi pedas, maka buatlah cabe sebanyak-banyaknya. Kadang kami menghabiskan cabai hingga sekilo lebih. Lalu bawang merah, bawang putih diulik halus-halus.