Lihat ke Halaman Asli

Gregorius Nafanu

TERVERIFIKASI

Pegiat ComDev, Petani, Peternak Level Kampung

Guru dan Mozaik Hidupku

Diperbarui: 26 November 2022   09:40

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Mozaik dari aneka biji, karya Adora Nafanu (dok pribadi)

Guruku,

Masih terbayang dalam benakku, saat pertama kali menginjakkan kaki di depan gerbang sekolahmu. Gemetaran, meskipun ibu mengantarku pagi itu.

Selamat pagi, sapa ibuku. Engkau membalas sapaan ibu sambil mengangguk dan tersenyum. Lalu menghampiriku. Kuingat kata ibu, harus menyapa guru waktu tiba di sekolah.

Dengan nada bergetar, kusapa pula dirimu. Selamat pagi bu. Dan engkaupun membalas. Wah, selamat pagi anak manis. Mari, ibu antar ke sebelah bergabung dengan teman-teman di taman bermain.

Aku tak beringsut dari tempatku. Kuperkuat cengkeraman jemari kecilku pada pergelangan tangan ibu. Ah ibu, aku takut. Bisikku pada ibu, pengawal setiaku pagi itu.

Ibu tersenyum mengerti. Perlahan mengajakku mengikuti langkah ibu guru ke taman bermain. Di sana, kulihat beberapa anak bermain jungkit-jungkitan juga perosotan. Beberapa ibu, masih setia menemani anak-anak mereka. Ikut bermain.

Kulirik ibuku, lalu menatap mainan-mainan itu. Ingin bergabung, namun masih takut. Kupandang lagi wajah sang guru. Masih tetap tersenyum. Aku mulai merasa sedikit nyaman. Kurenggangkan genggaman jemariku pada pergelangan ibu.

Guruku,

Seolah mengerti, engkau pun mendekat. Mulai mencoba untuk mengambil alih didikan ibu dan ayah di saat jam sekolah. Sedikit demi sedikit, mencoba untuk mengisi hari-hariku dengan didikanmu. Menambah pengalaman baru. 

Kini, aku resmi dididik oleh guru-guruku selain ayah dan ibu di rumah. Belajar untuk menjadi mandiri. Mozaik hidupku mulai kuisi. Memang masih bolong, tetapi engkau mulai ikut membantu untuk menyusun mozaik hidupku. Perlahan, teratur, indah, dan rapi.

Mozaik pesawat menggunakan beras putih-hitam, karya si kecil Tito Nafanu (dok pribadi)

Dan sekarang,

Aku berdiri lagi di gerbang sekolahmu. Kubawakan sebingkai mozaik yang pernah kita susun bersama. Mozaiknya masih tertata rapi dan tak tercerai-berai.

Guruku,

Aku datang lagi. Ingin mengucapkan terima kasih atas mozaik hidupku yang kita rangkai bersama. Dan seuntai doa kupanjatkan pada Yang Maha Esa.

Panjangkanlah usia guruku. Berikanlah rahmatMu agar guruku selalu bijaksana dalam membantu menyusun mozaik hidup anak-anak didiknya. Agar kelak mozaik hidup mereka pun tetap merekat erat.

Guruku,

Selamat Hari Guru, 25 November 2022. 

guru1-1210x642-6380e05808a8b537c557b3d2.jpg

Terima kasih guruku. Aku bisa membaca, menulis dan berhitung (dok foto: siedo.com)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline