Lihat ke Halaman Asli

Gregorius Nafanu

TERVERIFIKASI

Pegiat ComDev, Petani, Peternak Level Kampung

Sulitnya Menyadarkan Orang Membakar di Musim Kemarau

Diperbarui: 24 September 2022   12:11

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi kebakaran hutan| Tribun Pekanbaru/Theo Rizky

Musim kemarau tiba. Padang rumput yang tadinya hijau, berubah menjadi kuning. Ilalang dan semak kering-kerontang, tak mampu menahan teriknya mentari. Sementara hujan tak kunjung turun membasahi bumi, sekalipun hanya beberapa detik.

Kawanan sapi dan kuda, berjalan bermil jauhnya mengikuti sumber air yang masih bertahan. Mereka berharap bisa mendapatkan pakan di sekitar, selain minum dari mata air yang ada. Sebagian dari mereka, nampak kurus dan terlihat dengan jelas, tulang-belulang mereka yang terbalut kulit.

Kondisi seperti itu, selalu terlihat di sebagian daratan di Pulau Timor, NTT pada musim kemarau. Parahnya lagi, masih sering terjadi kebakaran. Padang rumput terbakar, tumbuhan terpanggang panas api, dan ternak melarikan diri mencari tempat yang aman dari ancaman api. Dan manusia tak tenang, terbayang-bayang akan kerugian akibat kebakaran.

Tebas bakar di NTT, budaya yang masih sulit dihentikan dalam membuka lahan baru. Dok Cendananews.com/Ebed de Rosary

Kejadian ini, sudah berlangsung lama. Sejak saya masih kecil hingga kini, setiap tahun selalu ada kebakaran. Akibat perbuatan manusia, tentunya. Sebab hewan dan tumbuhan tidak dapat membakar semak belukar.

Dan semoga ungkapan-ungkapan saya melalui artikel sederhana tak dianggap sebagai sesuatu yang hiperbolik, mengada-ada. Banyak fakta sebab-musabab kebakaran, baik yang bersifat lokal maupun kebakaran hutan-hutan besar di dunia, diakibatkan oleh keteledoran manusia.

Data luas kebakaran hutan seperti yang dirilis oleh Kementerian LHK dalam BBC, tahun 2016-2021 menunjukkan, kebakaran hutan terparah terjadi pada tahun 2019 yang mana mencapai 1.649.258 Ha. Menurun signifikan padadua tahu berikutnya. Kita berharap, angka kebakaran kembali menurun di tahun 2022 ini. 

Sumber: Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan via BBC

Konsentrasi Pemerintah Indonesia, memang lebih banyak pada provinsi-provinsi atau daerah-daerah dengan lahan gambut luas, seperti hampir seluruh Kalimantan dan Provinsi Riau. Sebab ketika lahan gambut terbakar, maka sulit sekali diatasi. Asapnya bisa mengganggu penerbangan, kesehatan, bahkan bermigrasi hingga membuat negara tetangga sewot.

Namun daerah lain, yang cakupan kebakarannya bersifat lokal pun sebenarnya memiliki kebakaran hutan dan padang rumput yang sifatnya tahunan. NTT, salah satu provinsi yang wilayahnya sering terbakar di musim kemarau.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline