Tarian Likurai adalah salah satu tarian asal Kabupaten Belu dan Malaka di Timor barat.
Meluas hingga sebagian Timor Leste. Juga menyebar hingga seluruh wilayah eks swapraja Biboki yang termasuk dalam wilayah administrasi Kabupaten TTU, Nusa Tenggara Timur.
Eks swapraja Biboki sendiri kini telah mekar menjadi 6 kecamatan. Biboki Selatan, Biboki Utara, Biboki Anleu, Biboki Feotleu, Biboki Moenleu, dan Biboki Tanpah.
Di Biboki, ada satu tradisi yang cukup unik. Usaha mencari jodoh atau kekasih antara muda-mudi. Juga bagi para duda dan janda. Namanya tetapilu yang biasa dilakukan dalam pesta penuh gembira, tarian Likurai.
Penyebaran tarian Likurai hingga ke Biboki di Kabupaten Timor Tengah Utara, karena pengaruh kerajaan Wehali di pantai selatan Timor barat hingga ke seluruh wilayah eks swapraja Biboki. Secara geografis, wilayah Biboki juga sangat dekat dengan Kabupaten Belu.
Likurai, pernah ditarikan oleh warga Kabupaten Belu, NTT di hadapan Presiden RI Bapak Jokowi dan para tamu kehormatan di Istana Negara pada HUT RI ke-74, tanggal 17 Agustus 2019. Tak tanggung-tanggung, melibatkan 150 penari Likurai.
Likurai Ala Bife Biboki
Seperti sumber aslinya, likurai juga ditarikan oleh wanita (bife) dan pria (atoni). Wanitanya memukul kendang kecil yang biasa disebut sebagai tambur atau ke'e dalam bahasa dawan, dinamakan luklai. Sementara, pria menari dengan mengikatkan bunyi-bunyian di kaki yang dinamakan giring-giring, dinamakan bso'ot.
Jika kaum wanita memukul kendang sambil meliuk-liuk di tanah mengikuti irama pukulan, maka pria penari menghentakkan kedua kakinya ke tanah.
Ketika menghentakkan kaki, maka giring-giring pun akan berbunyi. Hentakan kaki penari pria harus diselaraskan dengan irama pukulan tambur wanita.