Sirih, telah lama dikenal oleh masyarakat. Memiliki peran penting dalam upacara-upacara adat di daerah tertentu. Bahkan dimanfaatkan sebagai salah satu pelancar komunikasi antarwarga, utamanya di kampung atau pedesaan.
Selain itu, dari sudut kesehatan pun sirih dipakai untuk obat herbal tradisional yang dikenal dan digunakan secara turun-temurun oleh penduduk di kampung.
Karena diperlukan dalam setiap upacara adat, pergaulan, dan obat-obatan tradisional, maka sirih kemudian diperdagangkan. Di pasar-pasar tradisional, para pedagang kecil yang kebanyakan mama-mama, menjual sirih bersama dengan pinang dan kapur sirih. Tiga komponen ini merupakan bahan utama dalam tradisi makan sirih alias mama sirih.
Ya, sirih merupakan salah satu tanaman yang dikonsumsi oleh sebagian besar masyarakat desa. Dikonsumsi di sini, tidak dimakan sebagai sayuran bersama nasi. Tetapi boleh dibilang, sebagai bahan kunyahan di saat senggang. Mirip-mirip dengan orang yang merokok, atau yang gemar makan snack dan permen.
Umumnya bagian sirih yang dimakan, adalah daunnya. Tetapi di daerah lain seperti di Timor dan sekitarnya, orang-orang pun memakan sirih buah. Bahkan sirih buah dianggap lebih baik daripada sirih daun.
Berikut ini, tiga hal tentang penggunaan sirih di lingkungan masyarakat, khususnya masyarakat yang tinggal di kampung Timor, NTT.
Upacara Adat dan Sarana Pergaulan
Ada daerah yang menyebut tradisi makan sirih ini sebagai nginang. Orang dawan Timor menyebutnya dengan mama sirih atau tmam.
Sebenarnya, ada dua komponen utama dan satu komponen pelengkap dalam tradisi makan sirih. Yang pertama, adalah sirih daun atau sirih buah. Yang kedua, pinang dalam kondisi mentah atau sudah dikeringkan. Dan sebagai pelengkap adalah kapur sirih atau ao.