Cerita mengenai pohon bergenus Eucalyptus sempat viral baru-baru ini ketika jenazah Emmeril Kahn Mumtadz yang adalah putera sulung Gubernur Jawa Barat, ditemukan di Bendungan Engehalde, Kota Bern, Swiss (Rabu, 8 Juni 2022). Diberitakan, jenazah almarhum dalam kondisi utuh dan berbau wangi Eucalyptus.
Dalam sekejap, nama Eucalyptus pun ikut populer. Tak hanya tentang khasiat si pohon putih ini, tetapi banyak yang menelusuri jenis, muasal dan habitatnya.
Dari berbagai informasi ilmiah dan populer, ketika para pakar dan pemerhati menulis dan berbicara, maka pohon bergenus Eucalyptus ini dinyatakan sebagai pohon asli dan endemik di Benua Australia. Namun sebenarnya varian pohon ini, juga tumbuh liar di Pulau Timor dan sekitarnya serta di Kepulauan Maluku.
Di dalam pelajaran ekologi, tanaman dikatakan endemik karena habitatnya spesifik. Keberadaannya unik di suatu wilayah dan tidak tumbuh di wilayah lain secara alami. Habitatnya bisa pada suatu pulau saja, beberapa gugus kepulauan atau dalam lingkup yang lebih besar lagi berupa benua.
Eucalyptus Sp, tidak hanya tumbuh di benua Australia. Di Pulau Timor, baik bagian barat (NTT, Indonesia), maupun bagian timur (negara Timor Leste) dan kepulauan Maluku, juga tumbuh pohon Eucalyptus ini.
Manfaat Huek Bagi Kehidupan Penduduk Setempat
Dalam taksonomi tumbuhan, Huek yang serinng dinamakan pohon putih, tidak sama dengan kayu putih yang menghasilkan minyak kayu putih tersebut. Pohon Huek bernama ilmiah Eucalyptus alba. Sementara kayu putih dinamai Melaleuca leucadendra. Namun mereka masih satu family bersama dengan jambu biji, yaitu Family Myrtaceae. Salah satu persamaan cirinya, kulitnya mengelupas dan kulit baru yang muncul akan licin licin, sehingga sulit dipanjat.
Paling tidak, terdapat dua genus pohon putih yang tumbuh di Timor dan sekitarnya, yaitu Ampupu dengan nama ilmiah Eucalyptus urophilla dan satunya lagi, Eucalyptus alba alias Huek.
Huek, tumbuh dengan cepat di lahan-lahan tandus. Sekali pun kekurangan air, Huek akan tetap tumbuh. Namun agar mengurangi penguapan, maka Huek pun melakukan usaha penghematan air dengan menggugurkan daunnya di musim kemarau. Ya, adaptasi alam, seperti jati dan mahoni.